Reporter: Ferry Saputra | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) optimistis masih akan banyak investor asing yang akan melirik fintech peer to peer (P2P) lending.
Kepala Hubungan Masyarakat AFPI Kuseryansyah mengatakan optimisme itu hadir salah satunya disebabkan kredit gap di Indonesia masih terbilang tinggi.
"Gap jumlah kebutuhan dengan jumlah suplainya masih tinggi," ungkapnya saat ditemui di Gedung Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), pekan lalu.
Kuseryansyah menyampaikan, riset yang dilakukan AFPI bersama EY Pathernon, menunjukkan pendanaan yang dibutuhkan UMKM di Indonesia dapat mencapai Rp 4.300 triliun pada 2026. Dengan kemampuan suplai yang ada hanya Rp 1.900 triliun, dia bilang terdapat gap sebesar Rp 2.400 triliun pada 2026.
"Oleh karena itu, kebutuhannya masih tinggi meski belum tentu semua bisa terlayani. Sebab, kami punya scoring untuk filter dan memverifikasi mana yang layak untuk dilayani atau tidak," ungkapnya.
Baca Juga: AFPI Optimistis Penyaluran Pembiayaan Fintech Lending ke Produktif Terus Meningkat
Selain kredit gap yang tinggi, Kuseryansyah bilang penduduk usia muda yang tengah tinggi juga menjadi pengaruh fintech lending masih dibutuhkan ke depannya. Sebab, dalam 5 hingga 10 tahun ke depan, segmen yang akan menggunakan fintech lending kemungkinan besar merupakan Generasi Y dan Z.
Oleh karena itu, Kuseryansyah tetap optimistis fintech lending di Indonesia masih punya prospek cerah ke depannya, khususnya bagi para investor asing.
Sebagai informasi, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat outstanding pembiayaan fintech P2P lending pada Juli 2024 mencapai Rp 69,39 triliun. Pencapaian pada Juli 2024 tumbuh sebesar 23,97% Year on Year (YoY).
Selanjutnya: Donald Trump Tegaskan Tidak Akan Maju pada Pemilu 2028 Jika Kalah Tahun Ini
Menarik Dibaca: GoTo Luncurkan Program Associate Product Manager Bootcamp
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News