Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo membantah keterlibatannya dalam proses rencana akuisisi Bank Mandiri Tbk terhadap Bank Tabungan Negara (BTN) Tbk. Agus dituding ingin membesarkan Bank Mandiri tapi mematikan BTN.
Pembelian BTN pun kabarnya akan dilakukan dengan menggunakan obligasi rekapitalisasi yang dimiliki Bank Mandiri sebesar lebih kurang Rp 70 triliun. Menurut Agus, dirinya sejak tahun 2010 telah meninggalkan Bank Mandiri dan tidak terlibat dalam proses akuisisi yang saat ini gencar digaungkan.
"Saya sudah dari tahun 2010 meninggalkan Bank Mandiri dan saya tidak bisa berkomentar terkait itu," ujar Agus di Gedung BI, Jakarta, Senin (21/4).
Lebih lanjut Agus mengungkapkan, rencana proses akuisisi dua lembaga perbankan pelat merah itu baiknya ditanyakan kepada Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Agus bilang, bank sentral selaku otoritas moneter dan pengawas makro prudensial hanya bisa memberikan komentar dan pandangan terkait institusi Bank Indonesia.
"Bahwa kalau seandainya dua lembaga tersebut adalah BUMN, baiknya ditanyakan kepada Menteri BUMN. BI selaku otoritas moneter dan pengawas makro prudensial hanya bisa mengatakan dan berpandangan terkait institusi kami," jelas Agus.
Sebelumnya, para karyawan BTN menuding Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo berada di balik rencana akuisisi Bank Mandiri terhadap bank tersebut. Menurut mereka, Agus Marto dan Menteri BUMN Dahlan Iskan merupakan aktor dibalik rencana penjualan 60% saham BTN kepada Mandiri.
"Sebagai mantan Dirut Mandiri, Agus punya kepentingan untuk membesarkan bank itu. Dia ingin membesarkan Bank Mandiri tapi mematikan BTN," kata Ketua Serikat Pekerja BTN cabang Harmoni Jakarta, Alfian saat memberikan orasi di depan ribuan rekan-rekannya sesama karyawan BTN, dalam aksi unjuk rasa, di Menara BTN, Jakarta, Minggu (20/4/2014).
Selain Dahlan dan Agus, Alfian juga menuding Direktur Utama bank tersebut, Maryono. Menurutnya, seperti halnya Agus, Maryono juga pernah menjabat sebagai petinggi bank tersebut. Bahkan ia menuding, Agus lah yang paling berperan dalam penunjukan Maryono sebagai pimpinan tertinggi BTN pada akhir 2012.
Saat itu, Agus masih menjabat sebagai Menteri Keuangan. "Penunjukan Maryono erat kaitanya dengan Agus Martowardojo. Jadi sebenarnya kunci masalahnya bukan cuma Dahlan Iskan, tapi juga Maryono dan Agus Martowardojo," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News