Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) (BJTM) mencatatkan penurunan kinerja pada dua bulan pertama tahun 2025. Labanya turun 23,98% jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Bahkan, Bank Jatim menjadi satu-satunya BPD dengan aset jumbo yang mengalami penurunan laba. BPD lainnya seperti Bank Jateng, Bank BJB dan Bank DKI masih mampu mengalami pertumbuhan laba.
Mengutip laporan bulanannya per Februari 2025, Bank Jatim membukukan laba tahun berjalan senilai Rp 142,96 miliar. Capaian tersebut mengalami penurunan sekitar 23,98% jika dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.
Baca Juga: Bank Jatim (BJTM) Catatkan Laba Bersih Rp 1,28 Triliun Sepanjang 2024
Penurunan laba tersebut dikarenakan adanya kenaikan beban operasional pada periode tersebut. Di mana, beban operasional bank berkode emiten BJTM ini naik hingga 33,47% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 727,04 miliar.
Salah satu beban yang naik di periode dua bulan pertama tahun 2025 ini adalah beban impairment. Nilainya naik signifikan dari Rp 137,08 miliar menjadi Rp 275,35 miliar.
Untungnya, Bank Jatim masih mampu mencetak pertumbuhan untuk pos pendapatan bunga bersih. Pada pos pendapatan tersebut, Bank Jatim mencatat kenaikan mencapai 14,87% YoY menjadi Rp 908,97 miliar.
Baca Juga: Strategi Bank Jatim Genjot Dana Pihak Ketiga (DPK)
Dalam menjalankan fungsi intermediasinya, Bank Jatim mencatat telah menyalurkan kredit sebesar Rp 65,52 triliun. Capaian ini tumbuh jika dibandingkan periode sama tahun sebelumnya, penyaluran kredit Bank Jatim masih sebesar Rp 55,65 triliun.
Dari sisi likuiditas, Bank Jatim mencatat Dana Pihak Ketiga (DPK) di periode yang sama senilai Rp 79,87 triliun. Artinya, DPK tersebut mengalami penurunan dari periode Februari 2024 yang senilai Rp 80,63 triliun.
Penurunan kinerja keuangan tersebut juga diikuti oleh pergerakan sahamnya yang mengalami koreksi sejak awal tahun. Saham bank bersandi BJTM ini telah melorot hingga 7,41% secara year to date menjadi Rp 500 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News