kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.624.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.305   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.109   35,72   0,50%
  • KOMPAS100 1.044   5,37   0,52%
  • LQ45 824   5,99   0,73%
  • ISSI 212   -0,11   -0,05%
  • IDX30 427   5,07   1,20%
  • IDXHIDIV20 512   6,64   1,31%
  • IDX80 119   0,49   0,41%
  • IDXV30 122   1,03   0,85%
  • IDXQ30 140   1,68   1,21%

Alokasi Biaya Provisi Jadi Antisipasi Perbankan Menghadapi Piutang Macet Sritex


Minggu, 02 Februari 2025 / 20:51 WIB
Alokasi Biaya Provisi Jadi Antisipasi Perbankan Menghadapi Piutang Macet Sritex
ILUSTRASI. Solusi pembayaran atas piutang PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) kepada kreditur belum menemui titik terang


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Semenjak dinyatakan pailit oleh Mahkamah Agung (MA) pada Desember lalu, solusi pembayaran atas piutang PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) kepada kreditur belum menemui titik terang. Terbaru, para kreditur meminta kurator dan manajemen bisa berdiskusi menentukan arah perusahaan tekstil tersebut.

Kendati demikian, kreditur yang berasal dari perbankan telah mengantisipasi piutang Sritex yang berpotensi tak terbayarkan. Ini tercermin dari langkah mereka yang sudah mengalokasikan biaya provisi atau pencadangan lebih tinggi.

Ambil contoh, PT Bank Negara Indonesia Tbk yang tercatat telah meningkatkan biaya provisi cukup signifikan di kuartal IV-2024. Biaya provisi BNI naik 50,3% secara kuartalan menjadi senilai Rp 2,82 triliun di periode tersebut.

Kondisi tersebut pun pada akhirnya turut berdampak pada laba BNI yang turun secara kuartalan. Di kuartal akhir 2024 tersebut, laba bank berlogo 46 ini turun 8,2% secara kuartalan menjadi Rp 5,15 triliun.

Baca Juga: Daya Beli Rendah Masih Berlanjut di 2025, Ini Strategi Bank Dongkrak Kredit Konsumsi

“(Penyebab) salah satunya tambahan untuk provisi Sritex,” ujar Direktur Utama BNI Royke Tumilaar kepada KONTAN, belum lama ini.

Meski demikian, Royke memastikan setelah melakukan langkah tersebut, tidak akan ada dampak signifikan akibat dari utang Sritex ke depan. Mengingat, biaya provisi tersebut dinilai sudah cukup.

Jika menilik data tim kurator dikutip dari situs resminya (2/2), BNI telah mengajukan tagihan atas piutang Sritex senilai Rp 2,99 triliun. Nilai tersebut pun juga sudah diakui oleh tim kurator.

Hanya saja, piutang Sritex di BNI dikategorikan oleh kurator sebagai pinjaman konkuren. Artinya, BNI tidak memiliki jaminan khusus atas piutangnya dan baru dibayarkan setelah kreditur preferen dan separatis.

Selain itu, ada juga PT Bank Central Asia Tbk (BCA) yang mengajukan tagihan piutang senilai Rp 1,44 triliun dan sudah diakui oleh kurator. Di mana, pinjaman tersebut terdiri dari pinjaman konkuren dan pinjaman separatis.

Adapun, nilai piutang BCA yang masuk kategori pinjaman separatis hanya senilai Rp 24,51 miliar. Sisanya yang senilai Rp 1,41 triliun masuk dalam kategori pinjaman konkuren.

EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn mengungkapkan bahwa pihaknya akan mematuhi dan mengikuti seluruh proses, baik dalam rangka kelanjutan usaha maupun pemberesan kepailitan. 

“Kami senantiasa berkoordinasi dengan segenap pemangku kepentingan dalam rangka mencapai solusi dan/atau penyelesaian terbaik bagi debitur dan seluruh kreditur yang ada, termasuk dengan pihak kurator,” ujarnya, Sabtu (1/2).

Baca Juga: Pertumbuhan Pendapatan Bunga Bersih Melambat, Laba Perbankan Menyusut di Kuartal IV

Jika melihat kinerja BCA sepanjang 2024, biaya pencadangan yang dikeluarkan sepanjang tahun senilai Rp 2,7 triliun. Nilai tersebut juga mengalami peningkatan signifikan mencapai 70,6% YoY.

Hanya saja, Hera tak menampik maupun membenarkan apakah peningkatan tersebut dikarenakan piutang Sritex. Ia hanya memastikan bahwa rasio loan at risk (LAR) BCA mencapai 5,3% di 2024, membaik dari posisi setahun lalu di angka 6,9%. Sementara, rasio kredit bermasalah (NPL) berada di tingkat yang terjaga sebesar 1,8%. 

“Pencadangan LAR dan NPL juga berada pada tingkat yang memadai, masing-masing 76,9% dan 208,5%,” ujarnya.

Sementara itu, Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk Lani Darmawan mengungkapkan piutang Sritex sejatinya sudah dilakukan hapus buku pada kuartal 3/2024. Meskipun, awal mula Sritex pailit baru terjadi di akhir Oktober 2024 yang masuk dalam periode kuartal 4/2024.

“Kinerja kuartal 3/2024 sudah mengakomodasi ini. Tidak ada dampak di kuartal 4-2024,” ujarnya.

Hingga berita ini turun, CIMB Niaga belum merilis kinerja keuangannya sepanjang 2024. Namun, jika dilihat dari kinerja di periode kuartal 3, NPL maupun LAR mereka mengalami perbaikan. 

Adapun, CIMB Niaga tercatat telah mengajukan tagihan piutang Sritex ke kurator senilai Rp 271,82 miliar. Hanya saja, tagihan yang diakui oleh kurator hanya senilai Rp 7,16 miliar dan masuk dalam pinjaman separatis.

Selanjutnya: Ini Kata Aslindo Terkait 12 LKM Dicabut Izin Usaha oleh OJK pada 2024

Menarik Dibaca: Cara Tercepat Turunkan Gula Darah Tinggi Ketika Darurat di Rumah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×