Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Amartha Mikro Fintek (Amartha), perusahaan fintech peer to peer lending mendukung akses teknologi keuangan untuk pelaku usaha mikro perempuan di pedesaan. Hal ini sejalan dengan peran teknologi finansial yang berperan besar dalam meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia.
Pendiri dan CEO Amartha Mikro Fintek Andi Taufan Garuda Putra mengatakan, sejak 2010, Amartha berperan aktif dalam menjangkau pelaku usaha mikro perempuan di pedesaan untuk mendapatkan akses layanan keuangan.
Baca Juga: Pembiayaan Amartha tembus Rp 1,35 triliun per September 2019
“Mereka adalah masyarakat pedesaan yang tidak hanya membutuhkan literasi keuangan tetapi juga teknologi,” kata Andi saat menjadi pembicara di “Fintech for Regional Development and Value Chain”, Indonesia Fintech Summit & Expo 2019, seperti dikutip dari siaran pers, Selasa (24/9).
Dengan memanfaatkan kemudahan teknologi, Amartha dapat meningkatkan efisiensi operasional sehingga dapat menjangkau desa-desa terpencil dan memproses pengajuan pinjaman dengan lebih cepat.
Kehadiran fintech p2p lending juga memberikan dampak yang besar bagi Amartha. Perusahaan dengan mudah dan aman mempertemukan pemberi dana di perkotaan dengan pengusaha mikro di pedesaan yang memerlukan modal untuk memulai atau mengembangkan usaha melalui website maupun aplikasi.
Saat ini, Amartha telah menjangkau lebih dari 4.100 desa di Indonesia serta menyalurkan pendanaan kepada lebih dari 280.000 pelaku usaha mikro perempuan. Peningkatan jangkauan desa dan para peminjam dana usaha di Amartha tidak terlepas dari kepercayaan mereka terhadap perusahaan ini dalam melayani dan memberikan literasi keuangan.
Baca Juga: Fintech P2P Lending dengan status berizin bisa lebih leluasa kembangkan bisnis
“Setiap minggu sekali mereka berkumpul bersama petugas lapangan Amartha. Kami juga memberikan pelatihan bisnis dan keuangan terhadap mereka. Kami mengajak mereka untuk mengikuti kelompok yang terdiri dari 10 – 20 orang,” jelas Andi Taufan.
Amartha juga mengembangkan aplikasi khusus untuk para pelaku usaha mikro perempuan atau mitra usaha Amartha. Aplikasi ini dibuat semudah mungkin untuk para perempuan Tangguh agar mudah dalam menggunakannya. “Sebab, kami ingin turut mengedukasi mereka mengenai literasi keuangan melalui teknologi,” tutupnya.
Menurut survei Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech) Annual Member Survey Report 2018 lebih dari 70% pelaku fintech di Indonesia memberikan layanan kepada segmen masyarakat yang belum terjangkau (unbanked) dan kurang terjangkau (underbanked) oleh perbankan.
Baca Juga: Sebelum kantongi izin dari OJK, Amartha jalani 20 standar pengujian
Sementara itu, fintech yang paling sering digunakan konsumen adalah online lending sebesar 39,6% yang diikuti oleh pembayaran digital sebesar 26,4%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News