Reporter: Ruisa Khoiriyah, Dyah Megasari |
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) diperkirakan bakal mempercepat pengerekan suku bunga acuan alias BI rate Februari esok. Kenaikan bisa mencapai 25 basis poin lebih cepat dari ekpektasi sebelumnya yaitu Maret 2011. Ekonom Citibank Johanna Chua menuturkan, dalam pertemuan terakhir dengan BI, Citibank menangkap sinyal bahwa kebijakan BI akan jauh lebih agresif kali ini. "Kami percaya, kekhawatiran BI terhadap semakin tingginya headline inflation semakin besar," jelas Johanna dalam siaran pers yang diterima KONTAN, Senin (31/1).
BI selama ini berkukuh tetap mempertahankan BI rate karena menilai penyulut kenaikan inflasi lebih banyak berasal dari volatile food alias harga bahan pokok. Adapun inflasi inti (core inflation) masih dalam level yang aman. Keyakinan seperti ini justru mengirimkan sinyal yang salah pada pasar.
Tak heran pasar bereaksi cukup keras setelahnya. Johanna bilang, BI pastinya juga menangkap sinyal dari aksi penjualan obligasi yang cukup tajam beberapa waktu terakhir. "Juga, terhadap langkah negara-negara tetangga yang telah menaikkan bunga acuannya," ujarnya.
Dalam analisis Citibank, tekanan inflasi masih akan terus meningkat bulan-bulan ke depan. Terutama disumbang oleh inflasi harga bahan pangan, pupuk, juga harga energi (bahan bakar minyak). Dengan berbagai faktor tersebut, Citibank yakin BI akan mengambil kebijakan baru bulan depan.
Senior Market Analyst PT Bank Commonwealth Treasury, Mika Martumpal mengatakan laju inflasi di Indonesia menyebabkan tekanan jual di pasar saham maupun pasar obligasi. "Pada akhirnya rupiah tertekan," ujarnya. Namun, pelemahan rupiah tak akan sedalam pelemahan mata uang lainnya.
Sebenarnya, Indonesia tak hanya terpengaruh oleh laju inflasi di dalam negeri saja. Tapi juga terimbas oleh membubungnya inflasi dari luar negeri. “Hal ini menyebabkan sebagian bank sentral harus segera menaikkan suku bunga acuan termasuk Indonesia,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News