Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Pelambatan di industri kendaraan bermotor membayang-bayangi kinerja perusahaan pembiayaan, salah satunya adalah PT Artha Prima Finance. Perusahaan ini memproyeksikan penyaluran pembiayaan tahun ini hanya sebesar Rp 1,5 triliun.
Angka ini termasuk mini, mengingat sepanjang tahun 2013 lalu Artha Prima telah mencatatkan penyaluran pembiayaan mencapai Rp 1,46 triliun. Artinya, perusahaan multifinance tersebut hanya menargetkan pertumbuhan di bawah 3% tahun ini.
Direktur Utama Artha Prima Finance Junus Elim Leatemia menilai kondisi pasar memang kurang mendukung tahun ini. Alhasil, mereka lebih realistis dan tak mematok target terlampau tinggi. "Seperti Pemilu ini cukup memengaruhi bisnis kami," katanya di Jakarta, Rabu (9/4).
Hajatan pemilihan umum (pemilu) tahun ini malah kian menekan minat konsumen untuk mangajukan pembiayaan kendaraan bermotor. Konsumen lebih memilih menunggu kondisi politik dan keamanan dalam negeri menjadi lebih stabil. Ditambah lagi, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diproyeksi bakal mengalami pelambatan. Dus, permintaan kendaraan di pasar, baik yang baru maupun bekas, ikut turun.
Walaupun belum ada data resmi, Junus sudah melihat indikasi penurunan permintaan tersebut. Buktinya dalam dua bulan pertama tahun ini, penyaluran pembiayaan Artha Prima ditaksir mengalami penurunan rata-rata 20% dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya.
Faktor penghambat lainnya adalah bencana alam yang makin membenamkan kinerja perusahaan. Maklum, peristiwa bencana alam membuat pengiriman kendaraan di beberapa wilayah menjadi terganggu. "Akhirnya konsumen tidak jadi transaksi," katanya.
Meski begitu, optimisme tetap dikobarkan Junus. Syaratnya, kondisi politik dalam negeri tetap stabil dan pertumbuhan ekonomi menunjukkan kinerja ciamik. Hal tersebut paling tidak diyakini dapat mengerek target pembiayaan selepas pemilu.
Dari sisi portofolio pembiayaan diprediksi tak bakal jauh berbeda dengan tahun sebelumnya. Sekitar 75% hingga 78% disumbangkan oleh pembiayaan kendaraan niaga. "Seperti untuk pembiayaan truk dan pick up," ungkap Junus. Sisanya bakal dikontribusikan oleh berbagai jenis kendaraan penumpang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News