kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.755   0,00   0,00%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Bank-Bank Swasta Ini Cetak Laba pada Kuartal III-2022, Ini Rekomendasi Sahamnya


Senin, 07 November 2022 / 15:52 WIB
Bank-Bank Swasta Ini Cetak Laba pada Kuartal III-2022, Ini Rekomendasi Sahamnya
ILUSTRASI. Bank-bank swasta terbesar ini tetap berhasil membukukan kinerja positif sepanjang sembilan bulan pertama 2022./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/02/09/2022.


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah gejolak perekonomian dan ancaman inflasi, bank-bank swasta terbesar ini tetap berhasil membukukan kinerja positif sepanjang sembilan bulan pertama 2022. Alhasil, bank-bank swasta ini berhasil mencetak laba terbesar yang bernilai ratusan miliar hingga triliunan.

Sebut saja, PT Bank Central Asia Tbk (BCA), berhasil mengantongi laba sebesar Rp 29 triliun sampai dengan September 2022. Capaian tersebut tumbuh 24,8% dari periode yang sama tahun lalu atau year on year (YoY) yang tercatat Rp 23,2 triliun.

Pertumbuhan laba bersih ini seiring dengan pertumbuhan pendapatan bunga bersih (NII) sebesar 9,3% YoY menjadi Rp 46,1 triliun.  Pendapatan non bunga juga naik 7,8% YoY menjadi Rp 16,7 triliun yang ditopang fee dan komisi tumbuh 15,2%.

Pertumbuhan pendapatan bunga sejalan dengan pertumbuhan kredit perseroan yang terus berlanjut. Perseroan membukukan kredit Rp 682 triliun atau tumbuh 12,6% YoY. 

Pertumbuhan kredit juga terjadi di semua segmen. Kredit korporasi tumbuh 13,4% YoY Rp 306,1 triliun, kredit komersial tumbuh 12,6% YoY mencapai Rp 203,5 triliun, dan kredit konsumer tumbuh 10,4% menjadi Rp 165 triliun.

Baca Juga: Melonjak Tinggi, Kontribusi Kredit Valas BRI Baru 9% dari Total Portofolio Pembiayaan

Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) BCA kuartal III tumbuh 10,4% YoY menjadi Rp 105 triliun dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) tumbuh 9,2% menjadi 43,8 triliun. Pertumbuhan kredit  diikuti dengan perbaikan kualitas pinjaman. Loan at Risk (LAR) turun ke 11,7% per September 2022 dari 17,15% pada September 2021.

Kredit bermasalah atau non performing Loan (NPL) juga terjaga di level 2,2%.  Pencadangan NPL dan LAR masing-masing 247,9% dan 49,9%.

Sementara penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) BCA tumbuh 11% menjadi Rp 1.026 triliun. Pertumbuhan ini terutama ditopang pertumbuhan dana murah. 

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja pun optimis pertumbuhan kredit akan terus berlanjut meskipun dihadapkan dengan tantangan ekonomi global. Perseroan memperkirakan pertumbuhan kredit tahun 2023 kurang lebih sama dengan pertumbuhan tahun ini. 

Tahun ini, BCA menargetkan kredit tumbuh 8%-10%. Namun, capaiannya hingga kuartal III sudah melampaui target. Portofolio kredit perseroan per September 2022 mencapai Rp 682 triliun atau tumbuh 12,6% secara tahunan atau year on year (YoY).

"Kalau melihat kredit BCA yang sudah naik 12,6% YoY, mudah-mudahan dengan persentase yang kurang lebih sama bisa kita capai tahun 2023 walaupun kita tahun tantangannya ada," kata Jahja.

Meskipun cukup optimis menyambut tahun 2023, Jahja menekankan bahwa perbankan masih perlu hati-hati mengingat tantangan ekonomi yang masih besar.

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Handiman Soetoyo  menjelaskan, pertumbuhan pesat laba bersih BCA ini terutama ditopang oleh biaya provisi yang jauh lebih rendah. 

"Beban provisi BCA kuartal III hanya Rp 191 miliar, turun dari Rp 909 miliar pada kuartal II dan Rp 2,8 triliun di kuartal I. Sehingga total biaya provisi sepanjang sembilan bulan tahun ini turun 48,8% YoY jadi Rp 3,9 triliun," jelas Handiman dalam risetnya.

Baca Juga: CIMB Niaga Menilat NPL Akan Naik Tipis pada Akhir 2022

Namun, Handiman melihat cost of credit (CoC) BCA pada kuartal IV tahun ini akan mencapai 1%, naik dari 0,8% pada sembilan bulan pertama. Pasalnya, manajemen BCA telah mengindikasikan bahwa beban provisi akan naik dibandingkan kuartal III. 

Sementara itu, biaya dana (Cost of Fund/CoF) BCA tetap stabil. Alhasil Net Interest Margin (NIM) perseroan kuartal III naik jadi 5,4% dari 5% pada kuartal sebelumnya. Secara total, NIM BCA sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini mencapai 5,1%. 

"BCA telah menaikkan panduan NIM tahun ini menjadi 5,2%-5,3%, dari sebelumnya 5,1%. Ini didorong proyeksi NIM yang akan naik lebih tinggi di kuartal IV menjadi 5,6%," tambah Handiman. 

Dengan kenaikan suku bunga acuan BI sebesar 125 bps tahun ini, BBCA diperkirakan akan membukukan NIM yang lebih tinggi, terutama berasal dari imbal hasil yang lebih tinggi dari penempatan di BI dan obligasi pemerintah. 

"Namun meskipun kami menyukai BBCA dengan hasil yang luar biasa dan fundamental yang kuat, kami mempertahankan rekomendasi Hold untuk saham BBCA dengan target harga Rp 9.000 karena potensi upside yang terbatas," pungkas Handiman. 

PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) juga berhasil mencatatkan laba sebesar Rp 3,89 triliun hingga September 2022. Nilai ini mengalami pertumbuhan 23,89% secara YoY dari posisi yang sama tahun lalu sebesar Rp 3,14 triliun.

Hal ini seiring dengan kemampuan bank mendapatkan keuntungan dari instrumen keuangan yang melonjak 115,49% yoy dari Rp 607 miliar menjadi Rp 1,30 triliun di kuartal ketiga 2022. Diikuti pendapatan operasional yang naik 20,31% YoY dari posisi Rp 1,92 triliun menjadi Rp 2,31 triliun. 

Sedangkan, pendapatan bunga dan margin syariah bersih tumbuh tipis 0,91% YoY dari Rp 9,88 triliun menjadi Rp 9,97 triliun di sembilan bulan pertama 2022. Seiring dengan total penyaluran kredit dan pembiayaan syariah yang mencapai sekitar Rp149,42 triliun di September 2022. 

Pertumbuhan kredit CIMB Niaga diimbangi dengan kualitas kredit yang terjaga. Non performing loan (NPL) gross berada pada level 3,55% dan NPL net sebesar 0,94%.  Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun CIMB Niaga mencapai Rp 221,86 triliun di September 2022.

Baca Juga: Ini Alasan BCA Menjadi Bank Paling Efisien di Indonesia

Direktur Utama CIMB Niaga Lani Darmawan mengakui perekonomian global 2023 cukup menantang. Kendati demikian,  ia menyatakan telah mewaspadai hal ini dan tetap optimis bisnis kredit dan pembiayaan akan bertumbuh. 

“Tahun depan kami optimis kredit masih akan tumbuh, kami belum berani untuk dobel digit. Tapi untuk tumbuh 8% hingga 9% harusnya bisa di tahun 2023, nanti bisa direvisi. Penggeraknya masih dari ritel seperti kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit kendaraan bermotor (KKB) dan UMKM,” papar Lani.

Selain itu, ia optimis penyaluran kredit ke sektor UMKM juga bisa tumbuh dobel digit. CIMB Niaga juga akan menyasar segmen FMSG, manufaktur, telekomunikasi, dan perusahaan BUMN untuk non ritel. Guna mencapai target ini, CIMB Niaga akan terus memperkuat dana murah atau current account and saving account (CASA). 

Selanjutnya, PT Bank Permata Tbk (BNLI) yang berhasil mencatatkan laba bersih Rp 2,24 triliun. Laba tersebut melesat 124% secara tahunan atau year on year dari posisi yang sama tahun lalu sebesar Rp 1 triliun, merujuk laporan keuangan kuartal ketiga 2022. 

Pertumbuhan laba bersih ini ditopang kenaikan pendapatan bunga bersih yang naik 12,5% yoy dari Rp 5,92 triliun menjadi Rp 6,66 triliun. Seiring dengan kemampuan PermataBank menyalurkan pertumbuhan kredit dan pembiayaan 9,41% Yoy dari Rp 123,97 triliun menjadi Rp 135,64 triliun per September 2022. 

Rasio NPL gross di akhir bulan September 2022 terjaga pada level 3,09% membaik dibandingkan September 2021 sebesar 3,30%.  Rasio NPL net yang mencerminkan prudensi dalam pembentukan cadangan kerugian kredit juga mengalami perbaikan menjadi 0,48% dibandingkan posisi yang sama tahun lalu 0.87%.

Hingga kuartal III-2022, PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) juga berhasil membukukan laba bersih senilai Rp 2,61 triliun atau tumbuh 78,14% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan laba tersebut sejalan kenaikan pendapatan bunga bersih dan menurunnya beban operasional.

Baca Juga: BNI Implementasikan ESG, Kredit Berkelanjutan Capai Rp 176,4 triliun Per September

Bank Danamon membukukan pendapatan bunga bersih sebesar Rp 10,49 triliun, tumbuh 2,29% dari periode yang sama tahun lalu yang senilai Rp 10,25 triliun.

Dari sisi kredit, Bank Danamon menyalurkan Rp 107,53 triliun secara konsolidasi pada kuartal III-2022, tumbuh 9,43% dibandingkan pada Desember 2021 atau secara year to date. Di tengah ekspansi kredit, rasio kredit macet atau non performing loan (NPL) net turun 74 bps YoY menjadi 0,30% pada kuartal III/2022. NPL gross turun 37 bps YoY menjadi 2,71%.

Sementara itu, total dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun pada kuartal III/2022 mencapai Rp 116,91 triliun, terkoreksi 3,43% persen jika dibandingkan dengan Desember 2021. Namun, rasio dana murah atau current account saving account (CASA) naik signifikan menjadi 64,2%, dibandingkan pada September 2021 yang berada pada posisi 57,6%.

PT Bank BTPN Tbk mencatatkan laba bersih setelah pajak Bank BTPN (konsolidasi) yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 2,418 triliun hingga September 2022. Realisasi laba bersih tersebut naik 18,18% dibanding raihan laba bersih hingga kuartal III-2021 yang sebesar Rp 2,046 triliun.

Lebih lanjut, pertumbuhan laba bersih Bank BTPN terutama dikontribusi oleh peningkatan pendapatan operasional dan penurunan biaya kredit. Pendapatan operasional naik 4% secara year on year (YoY), didukung oleh naiknya pendapatan bunga bersih yang juga menguat 4% YoY menjadi Rp 8,669 triliun per akhir September 2022.

Selain itu, pendapatan operasional lainnya juga naik 5% YoY. Kenaikan pendapatan bunga bersih ini didorong oleh peningkatan kredit segmen korporasi sebesar 23% YoY dan pembiayaan syariah sebesar 11% YoY.

Total kredit yang disalurkan Bank BTPN meningkat 13% YoY menjadi Rp 155,43 triliun per akhir September 2022. Ini seiring dengan momentum pertumbuhan ekonomi yang optimistis. Pertumbuhan kredit juga mendorong aset Bank BTPN naik 9% YoY menjadi Rp 199,90 triliun pada akhir kuartal III-2022.

Bank BTPN berhasil menjaga kualitas kredit tetap baik, tercermin dari rasio gross non-performing loan (NPL) yang berada di level 1,41%, turun dibandingkan posisi yang sama tahun lalu sebesar 1,56% dan lebih rendah dibandingkan rata-rata industri sebesar 2,88% pada akhir Agustus 2022.

Di sisi lain, Bank BTPN menyesuaikan jumlah dana pihak ketiga (DPK) dengan kebutuhan pendanaan kredit dan kebutuhan likuiditas Bank. DPK Bank BTPN meningkat sebesar 1% YoY menjadi Rp 103,88 triliun pada akhir September 2022.

PT Bank OCBC NISP Tbk juga tercatat berhasil membukukan laba bersih senilai Rp 2,5 triliun hingga kuartal ketiga 2022. Nilai itu tumbuh 25,2% secara tahunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 2,0 triliun. 

Pertumbuhan laba bersih ini dikontribusikan dari pendapatan bunga bersih yang tumbuh 10,0% secara tahunan menjadi Rp 6,3 triliun dan biaya cadangan kerugian menunjukkan penurunan.

Bank OCBC NISP mencatatkan penyaluran kredit meningkat 12,1% secara tahunan dari Rp 117,3 triliun menjadi Rp 131,5 triliun pada akhir September 2022. Didorong oleh pertumbuhan kredit di semua segmen termasuk pemberian pendanaan berwawasan hijau (green financing). 

Baca Juga: BNI Salurkan Kredit Berkelanjutan Senilai Rp 176,4 Triliun per September 2022

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Fajar Dwi Alfian menyatakan, secara keseluruhan, kinerja perbankan swasta cukup positif, seiring dengan positifnya kinerja keuangan baik dari sisi top line maupun bottom line.

"Dari sisi top line tentunya ditopang oleh meningkatnya pertumbuhan kredit dan pendapatan bunga, sementara dari sisi bottom line ditopang oleh menurunnya beban operasional dan perbaikan kualitas aset," sbut Fajar kepada kontan.co.id, Senin (7/11).

Sementara itu untuk prospek sahamnya disebut Fajar masih cukup positif, di tengah tren pemulihan ekonomi yang masih terus berlanjut. Kemudian tren kenaikan suku bunga BI secara historis juga menjadi sentimen positif bagi sektor perbankan, karena akan menaikkan net interest margin bagi bank ke depannya.

Di sisi lain, ketidakpastian ekonomi global bisa berdampak buruk ke sektor perbankan, salah satunya adalah pelemahan nilai tukar rupiah yang mempengaruhi kemampuan debitur dalam melakukan pembayaran, sehingga berdampak ke meningkatnya rasio kredit bermasalah (NPL) yang pada akhirnya bisa berdampak kepada menurunnya tingkat profitabilitas.

"Investor disarankan untuk lebih selektif dalam memilih saham-saham sektor perbankan swasta dengan mencermati kondisi fundamental emiten tersebut, seperti rasio profitabilitas dan likuiditas, serta mencermati kondisi ekonomi global dan melihat dampaknya terhadap sektor perbankan," tutur Fajar.

Dalam risetnya, Fajar menerangkan saham bank swasta yang patut dicermati adalah BDMN dan BNLI. BDMN mempunyai rasio profitabilitas yang relatif baik di antara kelompok bank BUKU 4. Secara valuasi, BDMN juga mempunyai rasio PBV sebesar 0,64 yang secara historis 5 tahun masih berada di bawah rata-rata sebesar 0,96. 

Sementara untuk BNLI secara fundamental juga relaitf cukup murah, dimana kini berada di 1,14, di bawah rata-rata 3 tahun sebesar 1,64. BNLI juga meskipun kinerja keuangannya cukup impresif pada kuartal ke-3, namun harganya masih belum bergerak banyak.

Fajar menyebut, secara teknikal, saham BDMN sedang dalam fase downtrend, investor dapat mencermati level support kuat di Rp 2.900. Adapun level resistance terdekat yang perlu dicermati adalah Rp 3.020.

"Untuk saham BNLI, trennya masih sideways dengan range yang cukup lebar. Investor dapat mencermati area support di level 1.130 dan level resistance di 1.220," katanya.

Di sisi lain, Analis Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta juga merekomendasikan Hold untuk saham BBCA dengan target harga Rp 9.000 karena potensi upside yang terbatas.

"BNGA dari analisa teknikal saya memiliki TP di Rp 1.250 dengan persentase upside dari harga sekarang (Rp 1.135) ini adalah 10.15% dengan rekomendasi hold," kata Nafan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×