Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Handoyo .
Tak cuma ekspansi, kualitas kredit perseroan juga menurun engan sangat signifikan. Non performing loan (NPL) Gross anjlok dari 3,85% pada akhir tahun lalu menjadi 6,99% per Juni 2020. Direktur Bank Mayapada Hariyono TJahrijadi yang coba dihubungi KONTAN enggan memberi komentar.
“Setelah OJK menemukan masalah di Bank Mayapada, kami sudah meminta manajemen dan pemegang saham untuk segera diselesaikan. Prosesnya saat ini masih berlangsung, karena yang harus menyehatkan bank adalah pemiliknya,” sambung Anto
Selain Bank Bukopin, dan Bank Mayapada adapula PT Bank Yudha Bhakti yang pada 7 September 2020 resmi berganti nama menjadi PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) juga telah merampungkan aksi penambahan modalnya ia rights issue dengan menghimpun dana Rp 150 miliar dan berhasil meningkatkan kelasnya menjadi bank umum kegiatan usaha (BUKU) 2 dengan modal inti di atas Rp 1 triliun.
Dengan nama baru pun, Bank Neo Commerce bakal mengembangkan pletaform digitalnya. Tak tanggung-tanggung, perseroan turut menggadeng Huawei, dan Sunline untuk mendukung transformasi ini. Adapun platform digital dihadirkan perseroan untuk menangkap pasar miilenial, sekaligus melengkapi lini bisnis utama perseroan di segmen kredit pensiun.
Baca Juga: Ada PSBB lagi, jumlah debitur restrukturisasi yang berpotensi masuk NPL bertambah?
Akhir September mendatang, perseroan juga akan berencana menggelar RUPSLB untuk meminta izin penambahan modal lagi. Maklum, OJK mensyaraktkan pada 2022, modal minimum bank senilai Rp 3 triliun.
Targt tambah modal buat bank cilik dari OJK ini pula yang kini tengah dibidik oleh PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (BEKS) yang tangah menyiapkan aksi tambah modal serupa. Setalah lika-liku kekurangan modal persreoan, Provinsi Banten akhirnya memutuskan untuk memberikan tambahan modal Rp 1,55 triliun.
“Setelah rights issue rampung, ada tiga target utama yang akam kami lakukan. Pertama, peningkatan kinerja dengan menangkap peluang captive market di Banten, termasuk mengoptimalkan pembiayaan konsumtif yang minim risiko. Kedua, mengoptimalkan jaringan dengan swasta, lembaga pemerintah, dan terkait teknologi. Ketiga, soal penerapan tata kelola perusahaan yang baik,” kata DIrektur Utama Bank Banten Fahmi Bagus Mahesa kepada KONTAN.
Selanjutnya: Pasar surat utang berpotensi terkoreksi akibat PSBB Jakarta
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News