kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bank berebut likuiditas premi BPJS


Senin, 15 September 2014 / 09:35 WIB
Bank berebut likuiditas premi BPJS
ILUSTRASI. Manfaat pakcoy untuk kesehatan tubuh.


Reporter: Adhitya Himawan | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan sudah delapan bulan beroperasi. Sejumlah bank pelat merah ditunjuk sebagai agen penerima premi BPJS,  yakni Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), dan Bank Negara Indonesia (BNI).

Para bankir berharap, jumlah peserta BPJS terus bertambah sehingga bisa bisa pula menambah likuiditas bank. Bank Mandiri, semisal, menargetkan sebanyak 120 juta peserta BPJS membayar iuran via Bank Mandiri dengan asumsi rata-rata premi senilai Rp 24.500 per peserta

"Itu berarti, estimasi total premi yang disetor lewat Bank Mandiri mencapai Rp 2,94 triliun," ujar Abdul Rachman, Direktur Institutional Banking Bank Mandiri.

Khusus tahun ini, Bank Mandiri menargetkan, 50% pembayaran premi BPJS menggunakan layanannya. Hanya saja, Abdul enggan membeberkan nilai premi BPJS Kesehatan yang telah dibayarkan via Bank Mandiri.

Sementara itu, Budi Satria Sekretaris Perusahaan BRI mengatakan, di tahun ini BRI telah menerima pendaftaran lebih dari 100.000 peserta BPJS Kesehatan dan telah membukukan 5 juta transaksi. "Ini menjadikan BRI sebagai bank dengan jumlah transaksi BPJS Kesehatan terbanyak," kata Budi, Minggu (14/9).

Potensi pungutan BPJS lewat BRI sebenarnya cukup besar, lantaran calon anggota BPJS tersebut tidak harus selalu menjadi nasabah BRI. Terlebih lagi, BRI memiliki jaringan unit kerja lebih dari 10.000 unit dengan total anjungan tunai mandiri (ATM) sebanyak 20.000 unit.

Sejauh ini, Budi mengaku premi BPJS yang sudah masuk memang belum signifikan mendongkrak likuiditas BRI. Ini terlihat dari porsi dana pungutan BPJS yang masuk masih terbilang mini jika dibandingkan total dana pihak ketiga (DPK). "Posisi DPK BRI per Juni 2014 adalah
Rp 488,4 triliun. Porsi premi BPJS mencapai kurang dari 0,5% terhadap total DPK," imbuh Budi.

Sasar nasabah korporat

Budi menambahkan, pencapaian di semester I 2014 sudah memenuhi target pungutan premi BPJS untuk tahun ini. Hingga akhir tahun, BRI akan memaksimalkan pendekatan terhadap nasabahnya, sehingga bisa tertarik menjadi peserta BPJS Kesehatan. BRI juga akan mendekati korporasi agar mau membayar premi BPJS karyawan secara kolektif lewat BRI.

Sedangkan di BNI, total  transaksi  pembayaran premi BPJS sudah mencapai 4,15 juta transaksi dengan nilai nominal transaksi sekitar
Rp 1,05 triliun, per Agustus 2014, "Sejauh ini pembayaran premi BPJS tidak perlu harus menjadi nasabah BNI. Karena peserta BPJS dapat membayar melalui teller," kata Tribuana Tunggadewi, Sekretaris Perusahaan BNI, Minggu (14/9).

Tahun ini, BNI menargetkan pembayaran premi untuk BPJS di atas Rp 1 triliun. "Agar target tercapai, kami berupaya memperluas jalur pembayaran, optimalisasi layanan supply chain financing, dan meningkatkan layanan Autodebit," imbuh Tribuana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×