kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Bank besar & fintech menggencet bank kecil


Selasa, 10 Juli 2018 / 14:07 WIB
Bank besar & fintech menggencet bank kecil
ILUSTRASI. Uang rupiah


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bagaikan langit dan bumi! Itulah gambaran di industri perbankan di Tanah Air. Dari sisi kredit, per April 2018, bank besar menguasai hampir 84,7% realisasi penyaluran kredit, adapun bank kecil hanya menikmati 11,28%.

Modal mini, jaringan sedikit, lingkup usaha terbatas dan bunga tinggi menjadi penyebab bank kecil kalah bersaing dengan bank besar. Akibatnya, bank kecil BUKU I dan BUKU II tertinggal jauh dari BUKU III dan BUKU IV. 

Lahan bank kecil kian tergurus karena bank besar semakin gencar memperkuat bisnis demi menjaga pertumbuhan mereka. Irfanto Oeij, Direktur Utama Bank Mayora mengatakan, bank kecil kalah bersaing pada suku bunga. Terlebih, bunga terus naik di pasar global.

Sejauh ini, Bank Mayora yang bergelut di segmen usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) terkena imbas perlambatan bisnis. Kredit hanya tumbuh sekitar 8%-9% di semester pertama 2018.

Hingga akhir 2018, Bank Mayora mengincar pertumbuhan kredit 9%, dari rencana awal tumbuh 14%. Revisi ke bawah bukan tanpa alasan. Saat ini, mayoritas debitur masih menahan diri melakukan investasi.

Jika dari atas tergencet bank besar, dari bawah, bank-bank kecil terdesak kehadiran perusahaan teknologi finansial (tekfin). Dengan bunga bersaing dan proses cepat, tekfin memang menjadi ancaman potensial bank-bank kecil.

Investor baru

Lalu bagaimana solusinya? Bagi bank kecil yang kurang mampu bersaing, dapat melakukan penambahan modal ataupun pencarian investor strategis.  Itu sebabnya ada bank BUKU I dan BUKU II  menjual diri ke investor asing. "Mereka tidak tahan akan kondisi sekarang dan mendapatkan penawaran bagus dari investor," jelas Irfanto, ke Kontan.co.id, Senin (9/7).

Salah satunya Bank Dinar  yang akan merampungkan akuisisi oleh APRO Finansial. Bila proses akuisisi ini selesai, Bank Dinar akan naik kelas menjadi bank BUKU II.  Hendra Lie, Direktur Utama Bank Dinar mengatakan, penguatan  pencarian investor strategis sangat perlu agar  dapat bersaing dengan bank besar

Bagi yang ingin bertahan investor, Henky Suryaputra, Kepala Keuangan Bank Sahabat Sampoerna bilang, bank kecil harus memperkuat pasar di segmen tertentu agar dapat bersaing.  Sejauh ini UMKM menjadi penolong kredit Bank Sampoerna. Alhasil, kredit mampu tumbuh 13% per Mei 2018 dengan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) di bawah 3%.

Strategi digital menjadi pilihan Suhaimin Djohan Presiden Direktur Bank National Nobu menjaga bisnis. Ke depan, Bank Nobu akan memperkuat sisi layanan pembayaran untuk memperoleh kredit dan dana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×