Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Desakan pemerintah untuk menerapkan era suku bunga kredit satu digit memaksa perbankan mencari sumber pendapatan lain di luar bunga. Pilihannya memacu pendapatan komisi atawa fee based income.
Tahun ini, bank mengandalkan pertumbuhan transaksi perbankan elektronik (e-banking) untuk menggenjot fee based income. Alasannya, lantaran masih tergolong barang baru, pertumbuhan transaksi e-banking masih mampu mencetak pertumbuhan dobel digit.
Bank Bukopin merupakan salah satu bank yang berharap berkah fee based dari transaksi di kanal elektronik. Yakni, transaksi di mobile banking, internet banking dan cash management.
Bank Bukopin menargetkan pendapatan komisi bisa mendaki minimal 10% menjadi Rp 1,3 triliun pada 2016. Salah satu strategi bank milik Grup Bosowa ini adalah meningkatkan transaksi korporasi di segmen pengelolaan kas.
"Untuk meningkatkan transaksi cash management, kami meluncurkan sistem kliring generasi II," ujar Direktur Pengembangan Bisnis dan IT Bank Bukopin Adhi Brahmantya, Rabu, (23/3).
Ambisi Bank Bukopin, upgrade sistem kliring ini bisa mendongkrak volume transaksi cash management. Apalagi, tarif kliring yang dibebankan kepada nasabah turun menjadi maksimal Rp 5000 per transaksi.
Target Bank Bukopin, transaksi cash management naik sebesar 10%, sama halnya dengan target pertumbuhan fee based. Selain meningkatkan cash management, Bank Bukopin berencana menambah jumlah mesin anjungan tunai mandiri (ATM) dan upgrade layanan internet banking dan mobile banking.
Agar rencana berjalan mulus, Bank Bukopin menganggarkan dana belanja modal TI sebesar 10% dari total belanja modal yang mencapai Rp 200 miliar pada 2016. Yang jelas, kenaikan fee based diharapkan juga berimbas terhadap kenaikan dana murah (CASA). CASA ditargetkan tumbuh tinggi sebesar 24% di 2016.
Sebagai informasi, pada 2015, sebanyak 60% dari pendapatan komisi Bank Bukopin disumbang bisnis kartu kredit. Disusul kontribusi dari bisnis tresuri sebesar 12,31% dan layanan publik sebesar 10,07%.
Pendapatan komisi digenjot karena Bukopin hanya menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 18% menjadi Rp 17 triliun, lebih rendah dibandingkan tahun 2015
Tidak mau kalah, PT Bank Woori Saudara Indonesia Tbk juga membidik kenaikan pendapatan komisi. Tak tanggung-tanggung, Bank Woori membidik kenaikan sebesar 80% menjadi Rp 360 miliar di tahun ini.
Bank Woori bakal menggenjot transaksi cash management, mobile banking, dan internet banking. "Selain itu kami juga akan menggenjot fee based dari transaksi ekspor impor, remitansi tenaga kerja Indonesia (TKI) dan transaksi valas," ujar Denny Mahmuradi, Direktur SME and Consumer Bank Woori Saudara.
Sebagai gambaran, pada akhir 2015, tercatat pendapatan operasional non bunga Bank Woori tumbuh dobel digit sebesar 13,9% menjadi
Rp 202,8 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News