Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
Bank Harda juga akan melakukan pengambilalihan aset (AYDA) terhadap kredit-kredit bermasalah secara efektif dan efisien, serta meningkatkan kompetensi sumber data yang ada.
Sementara terkait dampak dari Covid-19, perseroan akan melakukan restrukturisasi terhadap debitur yang terimbas pandemi itu sesuai dengan pelonggaran aturan yang diberikan OJK.
Baca Juga: Walau diterpa perlambatan ekonomi, likuiditas perbankan masih stabil
Kinerja Bank Harda pada kuartal I 2020 masih mengalami perlambatan. Perseroan hanya mampu membukukan laba bersih Rp 484 juta. Itu turun tajam dari 9,9 miliar pada triwulan pertama tahun sebelumnya. Penyebabnya, pendapatan bunga bersih dan pendapatan lain perseroan anjlok.
Pada tiga pertama tersebut, pendapatan bunga bersih Bank Harda memang menurun sebesar 26,5% dari Rp 23,51miliar kuartal I 2019 menjadi hanya Rp 17,28 miliar. Pendapatan lainnya juga turun jadi Rp 992 juta dari Rp 13,12 miliar. Namun kredit dan DPK masih tumbuh masing-masing tumbuh 3.3% menjadi Rp 1,56 triliun dan 9,8% menjadi Rp 1,79 triliun
Sedangkan rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) Bank Harda terus meningkat. NPL gross di kuartal I 2020 mencapai 10,43%, naik dari 4,08% pada periode yang sama tahun 20119. NPL nett naik jadi 3,94% dari 2,29%.
Baca Juga: Ekonom Bank Danamon memprediksi pertumbuhan ekonomi Q1-2020 sebesar 4,3% yoy
Saham Bank Harda masih dikendalikan oleh Rachman Hakim lewat PT Hakim Putra Perkasa dengan kepemilikan 73,71%, lalu Kwee Sinto 3,79%, dan 22,5% dimiliki publik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News