Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi ekonomi yang tertekan akibat penyebaran wabah virus corona (Covid-19) rupanya tidak membuat pendanaan perbankan menjadi ketat. Setidaknya, beberapa bank yang dihubungi Kontan.co.id mengaku kalau posisi loan to funding ratio (LFR) masih terbilang stabil sampai dengan akhir Maret 2020.
Salah satunya, PT Bank OCBC NISP Tbk yang per Maret 2020 mencatatkan LFR sebesar 87,3%. Meski begitu, posisi tersebut meningkat sebanyak 1,9% dibandingkan periode setahun sebelumnya. Presiden Direktur OCBC NISP Parwati Surjaudaja mengaku pihaknya tidak terlalu mengkhawatirkan posisi LFR.
Baca Juga: Kabar gembira, kartu kredit BNI resmi berikan keringanan di tengah pandemi covid-19
Sebab, rasio tersebut dinilai masih berada dalam batas normal atau terbilang longgar. Walhasil, bank bersandi bursa NISP ini belum berencana untuk mencari tambahan dana untuk memenuhi kebutuhan.
Pun, alih-alih menekan beban bunga, kini OCBC NISP tengah fokus menggerakkan rasio dana murah (CASA). Terbukti, per Maret 2020 posisi CASA perseroan sudah meningkat sekitar 7,1% secara year on year (yoy) menjadi 45,5%. "Penghimpunan dana tetap difokuskan pada CASA. Kami akan upayakan terjaga atau bahkan lebih baik lagi," ujar Parwati, Jumat (1/5) lalu.
Sementara itu, PT Bank Mandiri Tbk menilai dalam kondisi yang tidak menentu seperti ini posisi likuiditas masih terbilang solid. Dirtektur Tresuri dan Internasional Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengatakan, per Maret 2020 posisi LFR maupun rasio intermediasi makroprudensial (RIM) terjaga di batas atas yakni 92%.
Namun, berbeda dengan pesaingnya, bank berlogo pita emas ini justru membuka opsi pendanaan (fund raising). "Tetap akan fund raising untuk mengantisipasi kondisi pasar saat ini di tengah meningkatnya ketidakpastian," ujarnya. Sejatinya, pada masa pandemi Covid-19, Bank Mandiri memang menerbitkan obligasi sebesar Rp 1 triliun pada 6 April 2020 lalu.
Baca Juga: Ekonom Bank Permata prediksi pertumbuhan ekonomi kuartal I-2020 hanya 4,18%
Obligasi tersebut merupakan bagian dari obligasi berkelanjutan perseroan yang punya jatah sampai Rp 20 triliun. Meski belum memastikan, Darmawan juga sempat menyebut akan mengkaji opsi pendanaan di akhir Semester I 2020 bila likuiditas diperkirakan bakal mengetat.