Reporter: Adhitya Himawan | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Bank Ina Perdana juga tengah menyusun Rencana Bisnis Bank (RBB) pada tahun 2015. Dalam RBB tersebut, target pertumbuhan bisnis yang dicanangkan lebih konservatif dibanding tahun ini.
Menurut Edy Kuntardjo, Direktur Utama Bank Ina Perdana, tahun depan situasi ekonomi Indonesia masih belum menggembirakan. Ia memperkirakan kebijakan bank sentral Amerika Serikat (The Fed) terkait tapering off akan memberikan tekanan likuiditas bagi perbankan nasional.
“Itu sebabnya kami mematok target pertumbuhan yang tak terlalu tinggi,” kata Edy kepada KONTAN, Rabu (31/12).
Tahun depan, Bank Ina Perdana menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 10% secara year on year (yoy) dibanding akhir tahun ini. Sementara dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun ditargetkan juga mencapai 10% secara yoy.
“Pertumbuhan ini demi menjaga likuiditas kita. Kami upayakan agar tingkat loan to deposit ratio (LDR) bisa terjaga di level 85%,” ujar Edy.
Edy menegaskan Bank Ina Perdana kemungkinan hanya menambah 1 kantor cabang pada tahun 2015. “Sebab dalam situasi saat ini, kami lebih memilih meningkatkan produktivitas dari berbagai cabang kami yang sudah ada,” pungkas Edy.
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) per Oktober 2014, jumlah kredit yang disalurkan Bank Ina Perdana mencapai Rp 1,21 triliun. Jumlah tersebut menunjukkan pertumbuhan sebesar 17,45% secara yoy dibanding jumlah kredit di akhir Oktober 2013 yang mencapai Rp 1,03 triliun.
Sementara DPK yang dihimpun oleh Bank Ina Perdana mencapai Rp 1,45 triliun. Jumlah tersebut menunjukkan pertumbuhan sebesar 39,42% secara yoy dibanding DPK yang dihimpun di akhir Oktober 2013 yang mencapai Rp 1,04 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News