Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Jago Tbk (ARTO) terus memperlihatkan pertumbuhan kinerja baik sisi aset, dana pihak ketiga (DPK), pendapatan hingga profit.
Pertumbuhan ini terjadi di tengah saham Bank Jago terkoreksi cukup dalam, sehingga ada peluang rebound yang cukup tinggi tahun ini.
Berdasarkan Laporan Keuangan Bulanan November 2022, kredit dan pembiayaan syariah Bank Jago mampu tumbuh 81,6% menjadi Rp 8,74 triliun dari setahun sebelumnya Rp 4,81 triliun. Pertumbuhan ini 7 kali lipat lebih tinggi dari rerata industri perbankan yang tercatat 11,16%.
Dari sisi penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) juga melesat bahkan melampaui pertumbuhan kredit. DPK tumbuh hampir 2 kali lipat, dari Rp 3,34 triliun di November 2021 menjadi Rp 6,61 triliun pada November 2022.
Baca Juga: Simak Prospek Kinerja dan Saham Perbankan pada Tahun 2023
Sejalan dengan pertumbuhan kredit, pendapatan bunga dari emiten bank digital ini tumbuh 150% menjadi Rp 1,36 triliun. Namun didukung dengan dana murah yang kuat, beban bunga terjaga cukup rendah, hanya Rp 129,35 miliar, naik 141% secara tahunan. Produk tabungan dan giro (current account saving account) mendominasi DPK hingga 60,24%.
Dengan kinerja tersebut, pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) Bank Jago menembus Rp 1,23 triliun, naik 151% secara tahunan. Secara keseluruhan, laba bersih ikut melesat 977% menjadi Rp 47,37 miliar.
Analis MNC Sekuritas Tirta Citradi menilai bahwa Bank Jago tetap menjadi pilihan utama bagi investor saham dari berbagai bank digital yang ada.
"Faktor utama adalah business model yang tepat, dan ekosistem yang kuat dapat membuat pertumbuhan Bank Jago solid dan sustainable," ujarnya, Selasa (10/1).
Dia menilai di antara berbagai bank digital, Bank Jago tergolong hemat dalam promosi. Meski demikian, Bank Jago tetap berhasil mencatatkan pertumbuhan tinggi pada jumlah nasabah, penyaluran kredit dan DPK.
Ia bilang, saat ini investor tidak lagi menyoroti berapa jumlah customer. Namun, berapa kredit yang bisa disalurkan kepada nasabah, berapa DPK dan berapa pendapatan yang dihasilkan.
Selain itu, lanjutnya, Bank Jago berhasil memperlihatkan ekosistem yang kuat dalam penyaluran kredit. Dengan skema partnership lending, Bank Jago tidak menyalurkan kredit secara langsung, namun melalui sejumlah mitra ekosistem.
Baca Juga: Kinerja Bank Konvensional Versus Bank Digital, Mana yang Lebih Ciamik?
Analis fundamental Kanaka Hita Solvera Raditya Pradana menilai salah satu katalis positif bagi bank digital adalah kenaikan suku bunga masih berlangsung hingga saat ini dan akan masih terus berlangsung ketika suku bunga acuan tinggi.
Menurutnya, sejumlah emiten bank besar sudah merasakan kenaikan saham cukup tinggi akibat katalis ini.
Namun, saham bank digital seperti ARTO belum terkena katalis positif dalam pergerakan harganya.
“Bank digital menurut kami lagging dalam pergerakannya, namun tidak dengan prospeknya,” tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News