Reporter: Issa Almawadi | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Kondisi ekonomi yang melambat dan rupiah yang terus melemah membuat banyak pihak menilai Indonesia bakal kembali mengalami krisis. Tapi, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) tidak sependapat.
Fauzi Ichsan, Plt Kepala Eksekutif LPS menjelaskan, Indonesia masih jauh dari krisis. "Apalagi jika dibandingkan dengan kondisi 1998 lalu. Jadi, acuan krisis sudah jelas," kata Fauzi, Rabu (9/9).
Acuan krisis yang lain adalah industri perbankan. Menurut Fauzi, hingga saat ini kondisi perbankan Indonesia masih kuat. Terutama jika dilihat dari rasio kecukupan modal (CAR) yang berkisar 20%.
Tak hanya itu, Fauzi juga bilang, LPS belum menerima kabar adanya bank gagal. "Walaupun NPL naik, itu pun masih dibawah 3%. Jauh dari kondisi 1998," tambah Fauzi.
Sementara, Moch. Doddy Ariefianto, Plt Direktur Group Risiko Perekonomian dan Sistem Keuangan LPS menambahkan, perbankan Indonesia juga sudah tidak lagi memiliki isu likuiditas. Apalagi, lanjut Doddy, di tengah permintaan kredit yang tengah menurun seperti saat ini.
Doddy mencatat, likuiditas perbankan dilihat dari loan to deposit ratio (LDR) berada pada level 89% dibanding 93%-94% di tahun lalu. "Belum lagi kalau dilihat dari loan to funding ratio (LFR) yang aturannya sudah dikeluarkan regulator baru-baru ini," ucap Doddy.
Tahun ini, Doddy memprediksi, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perbankan akan naik berkisar 12%. Sementara, pertumbuhan kredit hingga akhir tahun akan mencapai 11%-12%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News