kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bank makin rajin simpan dana di surat berharga, apa sebabnya?


Selasa, 08 September 2020 / 04:30 WIB
Bank makin rajin simpan dana di surat berharga, apa sebabnya?


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meningkatnya risiko kredit saat pandemi membuat perbankan kini mulai mengalihkan penyaluran dananya ke instrumen yang lebih aman seperti surat berharga negara (SBN). 

Dari catatan Kemenkeu hingga Jumat (4/9) kemarin, nilai kepemilikan SBN oleh perbankan telah mencapai Rp 1.268,69 triliun, atau setara 37,93% dari total SBN yang beredar senilai Rp 3.344,69 triliun. Nilai tersebut juga meningkat 133,08% (ytd) dibandingkan nilai pada akhir tahun lalu Rp 581,37 triliun atau setara 21,12% dari total SBN senilai Rp 2.752,74 triliun. 

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga mencatat pertumbuhan kepemilikan susrat berharga yang cukup tinggi sebesar 38,6% (ytd) sampai Juli 2020. Dari Rp 146,84 triliun akhir tahun lalu menjadi Rp 204,92 triliun per Juli 2020.

Baca Juga: Stabilitas sektor keuangan diklaim terjaga, OJK optimalkan kebijakan PEN

“Perseroan mencermati bahwa penempatan dana pada instrumen surat berharga dibutuhkan sebagai strategi pengelolaan likuiditas untuk menjaga keseimbangan antara kecukupan likuiditas dengan ekspansi kredit yang sehat,” ungkap EVP Secretariat & Corporate Communication BCA Hera F Haryn kepada Kontan.co.id, Senin (7/9).

Nilai kepemilikan tersebut setara dengan 26,85% dari total dana pihak ketiga (DPK) per Juli yang mencapai Rp 763,13 triliun. Sementara sampai akhir tahun, perseroan akan menjaga komposisi pada level tersebut.

Sebab perseroan mengaku mulai melihat adanya peluang untuk ekspansi kredit seiring pelonggaran PSBB, dan pulihnya ekonomi saat pandemi. Perseroan yang pada awal pandemi menaksir pertumbuhan kreditnya tak akan tumbuh tahun ini, kini memproyeksikan bisa meraih pertumbuhan kredit 1%-2% sampai akhir tahun. 

Adapula PT Bank BNI Syariah yang sampai Juli 2020, kepemilikan surat berharganya telah tumbuh 40,3% (ytd) dari Rp 8,40 triliun akhir tahun lalu menjadi Rp 11,79 triliun.

“Untuk SBN sampai Agustus 2020 senilai Rp 6,42 triliun, dengan rasio PLM (Penyangga Likuiditas Makroprudensial) mencapai 27,7%, jauh di atas ketentuan Bank Indonesia sebesar 4,5%,” kata Direktur Keuangan dan Operasional BNI Syariah Wahyu Avianto. 

Baca Juga: Indef sebut stimulus PEN untuk UMKM bakal terhambat mekanisme penyaluran Himbara

Meski mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan, Wahyu bilang sampai akhir tahun kepemilikan surat berharga perseroan, terutama SBN bakal ditekan hingga pada level Rp 5,52 triliun. 

Selanjutnya: Pemerintah tempatkan dana Rp 11,5 triliun di tujuh BPD, simak daftarnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×