Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Otoritas pengawasan perbankan China atau China Banking Regulatory Commission (CBRC) tengah memproses izin Bank Mandiri untuk melakukan transaksi renminbi. Deputi Komisioner Bidang Pengawasan Perbankan I Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mulya E. Siregar menyatakan, dalam waktu dekat, transaksi menggunakan mata uang negara Republik Rakyat Tiongkok tersebut sangat dimungkinkan.
"Wakil Ketua CBRC, Zhou Mubing saat melakukan pertemuan dengan Ketua Dewan Komisioner OJK, berjanji untuk memberikan kemudahan transaksi menggunakan renminbi. Beliau (Zhou Mubing) menyatakan, semua dokumen Bank Mandiri untuk melakukan transaksi renminbi sudah masuk dan sedang diproses izinnya. Jadi dalam waktu dekat dimungkinkan," kata Mulya di Jakarta, Kamis (4/6).
Mulya menambahkan, otoritas pengawas perbankan China juga berjanji untuk memberikan kemudahan bagi bank asal Indonesia yang hendak membuka cabang di sana. "CBRC akan membantu seumpama ada bank asal Indonesia yang akan buka di China. Bank asal Indonesia memungkinkan untuk membuka cabang di sana," ucapnya.
Dalam kesempatan yang berbeda, Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri, Rohan Hafas menuturkan, perseroan telah mengirimkan dokumen lengkap terkait pelaksanaan transaksi menggunakan mata uang renminbi. Menurutnya, izin untuk melakukan transaksi renminbi ini dimintakan oleh Bank Mandiri lantaran adanya kebutuhan yang besar terkait ekspor dan impor dalam mata uang China tersebut.
"Ada permintaan yang sangat besar dari nasabah Bank Mandiri bank yang di Indonesia maupun di China terkait bisnis ekspor dan impor untuk melakukan transaksi dengan mata uang renminbi," kata Rohan kepada KONTAN.
Oleh karena itu, bank dengan kode emiten BMRI menyambut baik kesepahaman yang dilakukan antara OJK dengan CBRC. Menurutnya, MoU yang dilakukan ini dapat meningkatkan hubungan bisnis antara Indonesia dan China termasuk di bidang perbankan.
Rohan menyebutkan, transaksi dengan menggunakan renminbi memiliki potensi yang sangat besar. Sebab, berdasarkan data dari Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), ekspor antara Indonesia dengan China per 2014 mencapai US$ 2,7 miliar. Sedangkan untuk impor mencapai US$ 1,85 miliar per akhir 2014.
Selain itu, kerjasama antar otoritas pengawas perbankan ini akan turut membuka peluang bagi bisnis letter of credit (L/C). Investor asal China banyak yang tertarik untuk mencicipi proyek infrastruktur yang tengah digalakkan pemerintahan Indonesia yang baru.
Jika proyek infrastruktur tersebut adalah proyek infrastruktur milik pemerintah, maka akan menggunakan bank guarantee dari bank BUMN. "Kalau proyek infrastrukturnya milik pemerintah, maka Bank Mandiri bisa menerbitkan bank guarantee untuk proyek tersebut. Ini tentu membuka peluang bisnis," ucapnya.
Jika izin transaksi renminbi diterbitkan, kata Rohan, maka fee based transaction banking Bank Mandiri pun akan terdongkrak. Selain itu, biaya transaksi ekspor dan impor pun akan menjadi lebih efisien, karena bisa langsung melakukan konversi mata uang rupiah dengan renminbi tanpa perlu mengkonversinya ke dollar Amerika Serikat.
Dari segi volume transaksi pun, diperkirakan akan ada peningkatan sebesar 20%-30%. "Volume akan meningkat berkali-kali lipat jika bisa bertransaksi langsung dengan menggunakan mata uang renminbi. Kami harap pada awal semester II-2015 nanti, sudah bisa melakukan transaksi renminbi jika izin dari CBRC bisa keluar dalam bulan Juni ini," jelas Rohan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News