Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan 7 Day Reverse Repo Rate di level 4,25%. Padahal, bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed) telah memutuskan untuk menaikkan bunga acuannya sebanyak 25 basis poin (bps).
Langkah The Fed ini pun diikuti oleh beberapa bank sentral di dunia. Menanggapi tren tersebut, industri perbankan mengaku sudah memiliki rencana bila BI memutuskan untuk menahan suku bunga terutama segmen konsumer yaitu kredit pemilikan rumah (KPR).
Tak hanya itu, bahkan ancang-ancang suku bunga acuan The Fed alias Fed Fund Rate (FFR) akan dinaikkan sebanyak tiga kali pun bukan hal yang tak menjadi pertimbangan bank.
Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk Lani Darmawan menuturkan, pihaknya memilih untuk sementara menahan bunga KPR. Hanya saja, keputusan CIMB Niaga bisa saja berubah sewaktu-waktu, apalagi terjadi lonjakan dari sisi biaya dana atau cost of fund (cof) perseroan.
"Kami ingin monitor dulu dampaknya terhadap biaya dana kami. Sebisa mungkin kami tahan sejauh tidak ada lonjakan cost of fund," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (25/3).
Catatan saja, berdasarkan pengumuman suku bunga dasar kredit (SBDK) perseroan, kini bunga kredit konsumsi KPR berada di level 9,5% sementara non KPR 9,75%. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) juga memutuskan untuk tidak menaikkan suku bunga KPR.
Alasannya, Direktur Konsumer BRI Handayani mengungakpkan untuk saat ini pihaknya masih memiliki suku bunga KPR promo yang masih berlangsung. Pun, untuk suku bunga KPR non promo pun, menurutnya masih akan dipertahankan.
"Hal ini untuk mendukung juga program pemerintah menurunkan gap kepemilikan rumah yang masih tinggi," tuturnya. Asal tahu saja, saat ini suku bunga promo di BRI antara lain 6,25% fixed selama satu tahun, 7,25% fixed selama tiga tahun dan 8% fixed untuk lima tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News