kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Bank mengejar kredit produktif tahun ini


Senin, 14 Mei 2012 / 09:15 WIB
Bank mengejar kredit produktif tahun ini
ILUSTRASI. Bisnis ritel modern seperti hipermarket masih lesu di awal tahun ini


Reporter: Roy Franedya | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Kualitas penyaluran kredit perbankan tampaknya akan membaik tahun ini. Berdasarkan survei Bank Indonesia (BI) pada 42 bank yang mewakili 80% nilai total kredit bank umum nasional, penyaluran kredit modal kerja menjadi prioritas utama perbankan. Kemudian diikuti kredit investasi serta konsumsi.

Perubahan prioritas penyaluran kredit tersebut karena dua hal. Pertama, adanya tekanan pada kredit konsumsi karena kebijakan loan to value (LTV) kredit properti dan modal kerja. Kedua, pertumbuhan ekonomi dan kondisi moneter yang mendukung tumbuhnya dunia usaha.

Perubahan fokus penyaluran kredit ini diikuti makin murahnya bunga kredit. BI memprediksi, rata-rata biaya dana rupiah dan valuta asing (valas) bank tahun ini masing-masing 5,69% dan 1,41%. Biaya dana pinjaman (cost of loanable fund) rupiah 8,03% dan valas 2,95%. Hal ini mendorong penurunan bunga rupiah kredit modal kerja dari 13,38% menjadi 13,06%. Kredit investasi turun dari 13,31% menjadi 12,94% dan kredit konsumsi turun dari 16,22% menjadi 15,22%. Bunga kredit valas modal kerja 6,75%, investasi 6,75% dan konsumsi 6,56%.

Direktur Komersial Bank CIMB Niaga Handoyo Subali mengatakan, tahun ini, investor sektor riil sedang bergairah sebab iklim investasi sedang bagus. "Meningkatnya pendapatan dari peningkatan kesempatan kerja akan membuat pengeluaran yang bersifat konsumtif juga naik," ujarnya pekan lalu.

Peralihan penyaluran kredit tersebut telihat pada kredit yang hingga Maret mencapai Rp 2.266,7 triliun. Kredit investasi tumbuh 30,1%, kredit modal kerja 25,9% dan konsumsi 20,5%.

Direktur Eksekutif Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan BI Mulya E Siregar berpendapat, penurunan ini bisa dipengaruhi bakal efektifnya aturan LTV KPR dan KKB 15 Juni 2012. "Aturannya belum mulai. Mungkin (perbankan) siap-siap," tutur Mulya.

Direktur Utama Bank BNI Gatot Mudiantoro Suwondo mengatakan, jika kredit konsumsi terhambat, bank harus menyalurkan kredit produktif lebih kencang. "Tanpa insentif pun bank pasti menyalurkan kredit. Kalau tidak, pendapatan bisa turun," ujarnya.

Pengamat Perbankan Doddy Arifianto bilang, perbankan tidak perlu takut jika kredit konsumsi melambat karena masih ada sektor usaha mikro kecil dan menengah yang memiliki pangsa pasar besar dan margin tebal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×