Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Herlina Kartika Dewi
“Dua anak usaha kami BCA Finance, dan BCA Multifinance memang sudah berpengalaman melakukan restrukturisasi dalam jumlah besar, dan pembiayaan mereka juga joint finance dengan kami sehingga kami bekerja sama terhadap proses restrukturisasi,” ungkap Subur.
Subur juga menaksir, jumlah permohonan restrukturisasi debitur perseroan sudah mencapai puncak sehingga ke depannya permohonan akan menurun. Adapun hingga akhir tahun, ia memprediksi perseroan bakal. Menerima 20%-25% debiturnya akan mengajukan restrukturisasi.
Hal senada juga disampaikan oleh SVP Corporate Risk PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Danis Subyantoro. Ia menjelaskan selain soal merelaksasi ketentuan one level up, unit kerja yang memutuskan restrukturisasi juga dipangkas.
Baca Juga: Restrukturisasi kredit hingga awal Juni Rp 600 triliun, bagaimana target IHSG?
“Dalam kondisi normal setiap restrukturisasi dibicarakan oleh unit kerja bisnis, risiko, dan special asset management. Saat pandemi kinerja debitur pasti berkurang, sehingga kami tidak melibatkan unit special asset management,” katanya dalam kesempatan serupa.
Selain itu, bank berlogo pita emas ini juga melakukan stress test dengan mengasumsikan berapa lama pandemi akan berlangsung dan seberapa besar dampaknya terhadap debitur perseroan. Hasil stress test ini kemudian dihimpun dalam pusat data tersendiri yang memudahkan perseroan mengambil kebijakan kelak.
Adapun hingga akhir Mei 2020, Bank Mandiri telah menyetujui restrukturisasi terhadap 323.617 debiturnya dengan nilai Rp 60,8 triliun atau setara 8,0% baki debetnya. Perinciannya, 74 debitur korporasi senilai Rp 21,0 triliun, 234.025 debitur UMKM senilai Rp 25,6 triliun, dan 89.518 debitur konsumer senilai Rp 14,2 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News