kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bank Permata berniat jual lisensi kartu kreditnya?


Rabu, 04 Agustus 2021 / 11:17 WIB
Bank Permata berniat jual lisensi kartu kreditnya?
ILUSTRASI. Pelayanan nasabah di Bank Permata, Jakarta. KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis kartu kredit perbankan di Indonesia mengadapi tekanan yang sangat besar akibat pandemi Covid-19.  Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), hingga Juni 2021, nilai transaksi kartu kredit masih mengalami kontraksi sebesar 8,18% secara tahunan (year on year/yoy).

Tak hanya itu, kartu kredit juga harus menghadapi persaingan dengan layanan cicilan skema bayar tunda atau buy now pay later (BNPL) berkembang pesat di tengah tren belanja online. Layanan paylater semakin menjamur ditawarkan oleh perusahaan fintech dan e-commerce yang terintegrasi dengan platform mereka.

Di tengah tekanan, muncul kabar beberapa bank akan melepas bisnis kartu kreditnya. 

Yang teranyar, PT Bank Permata Tbk (BNLI) dikabarkan bakal menjual lisensi kartu kreditnya. Melansir Dealstreetasia, Selasa (3/8), bank yang kini dikendalikan oleh Bangkok Bank ini disebut tengah melakukan pembicaraan dengan sejumlah perusahaan fintech terkait rencana penjualan tersebut.

Sumber Dealstreetasia mengatakan, salah satu fintech yang dijajaki adalah Honest Bank yang berkantor pusat di Singapura. Bank Permata katanya memiliki lebih dari satu lisensi kartu kredit dan salah satunya ingin dijual.

Baca Juga: Ekonom Bank Permata perkirakan ekonomi kuartal II-2021 tumbuh 6,37%, ini pendorongnya

Jika pembicaraan berhasil, transaksi yang diusulkan akan membuka jalan bagi Honest Bank masuk ke pasar kartu kredit Indonesia. Dengan menjual salah satu lisensinya,  Bank Permata bisa aalebih fokus pada bidang bisnis inti lainnya. 

Saat KONTAN mengkonfirmasi kebenaran kabar tersebut, Head of Corporate Affairs Bank Permata Richele Maramis tidak menampik dan juga tidak membenarkan. 

"Sebagai perusahaan publik, semua pemaparan informasi akan diberikan sesuai regulasi yang berlaku dan pada waktu yang telah ditentukan," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (2/8).

Sebelumnya, Citibank Indonesia sudah terlebih dulu mengumumkan akan melepas bisnis konsumernya, termasuk di dalamnya kartu kredit. Itu sejalan dengan keputusan kantor pusatnya (Citigroup) yang memutuskan untuk keluar dari bisnis ritel di 13 negara di dunia, termasuk Indonesia. 

Proses penjualan bisnis konsumer banking tersebut sudah dimulai Citibank Indonesia sejak akhir April 2021 lalu. Perseroan menyebut banyak calon pembeli yang berminat. Namun, proses transaksi seperti itu diperkirakan akan berlangsung lama.

Sementara menurut Steve Marta Direktur Eksekutif Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI), prospek industri kartu kredit masih cukup bagus, baik di dunia secara umum dan Indonesia secara khusus. 

Produk yang berbasis pada kartu kredit diperkirrakan akan tumbuh dan tentunya akan tetap di gunakan oleh masyarakat sebagai salah satu cara untuk melakukan transaksi atau sebagai alat bayar yang ada.

"Ke depannya produk yang berbasis kartu kredit ini akan berdampingan dengan produk-produk lain nya sebagai alternative yang tersedia untuk konsumen," imbuh Steve, Selasa (3/8).

Steve mengatakan, keputusan Citibank untuk menutup bisnis konsumernya Indonesia bukan semata-mata karena kondisi kartu kredit perseroan tetapi karena bagian dari keputusan global yang di ambil kantor pusatnya. Dia bilang, bisnis kartu kredit Citibank di indonesia masih merupakan salah satu yang baik dari sejumlah penerbit kartu kredit di Tanah Air.

Adapun dari bank lain, lanjutnya, wacana penjualan portofolio kartu kredit selalu ada setiap saat. Namun, di saat yang sama, selalu ada pihaknya yang mencari untuk mengambil alih bisnis kartu kredit di Indonesia. 

Baca Juga: Rights issue rampung, modal disetor Bank Permata (BNLI) naik jadi Rp 4,85 triliun

"Saat ini saya belum mendengar ada bank yang serius menjual. Saya malah mendengan ada yang sedang mencari," ujar Steve.

Steve menambahkan, perkembangan transaksi kartu kredit sampai dengan semester I 2021 masih belum kembali ke titik sebelum masa pandem karena sektor pariwasata dan perjalan yang menjadi kontributor terbesar bisnis kartu kredit belum berjalan normal.  Hanya saja, transaksi dari sektor-sektor lain seperti  retail, supermarket, dan e commerce sudah bisa di katakan kembali ke posisi sebelum Covid-19 dan memberikan kontribusi yang cukup baik saat ini.

"Kami berharap akan ada terjadi kenaikan transaksi pada semester II meskipun kami belum dapat berharap banyak untuk sektor travel dan pariwisata. Hal ini juga akan bergantung pada kondisi seperti PPKM di indonesia yang mungkin akan berlangsung kembali di kemudian hari," jelas Steve.

Oustanding kartu kredit PT Bank Mandiri Tbk masih kontraksi per Juni 2021 sebesar 0,5% yoy. Pun demikian dengan CIMB Niaga dengan mencatatkan baki debet kartu kredit Rp 8,31 triliun atau kontraksi 4,4%.

Selanjutnya: Permintaan Tertekan, Inflasi Juli Masih Mini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×