kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bank Permata raup laba Rp 938 miliar


Rabu, 28 Oktober 2015 / 19:33 WIB
Bank Permata raup laba Rp 938 miliar


Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Havid Vebri

JAKARTA. PT Bank Permata Tbk meraup laba bersih sebesar Rp 938 miliar pada kuartal ketiga ini atau berarti turun 24% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Pencapaian laba Bank Permata ini sejalan dengan pertumbuhan negatif laba industri bank umum yang turun 8,9% sampai delapan bulan tahun ini.

Berdasarkan keterangan resmi perseroan, seperti disampaikan Sandeep Jain, Direktur Keuangan Bank Permata, kondisi makro yang penuh tantangan mempengaruhi kualitas aset yang dikelola perseroan. Sehingga, rasio kredit bermasalah atawa non performing loan/NPL perseroan naik menjadi 2,5% sampai September 2015. 

Bank Permata, lanjut dia, mengalami tekanan portofolio yang cukup kentara. Beban pencadangan alias provision expense melesat 226% secara tahunan menjadi sebesar Rp 1,64 triliun. "Situasi tersebut diperkirakan akan terus berlanjut pada kuartal keempat tahun ini," ujarnya, Rabu (28/10).

Kendati demikian, ia mengklaim, manajemen telah menanggapi kondisi ini dengan pengelolaan neraca secara hati-hati. Hal ini tercermin dari pertumbuhan positif pendapatan operasional yang tumbuh 19% dari Rp 5,32 triliun pada kuartal ketiga tahun lalu menjadi Rp 6,34 triliun hingga 30 September 2015.

Pertumbuhan pendapatan operasional didorong oleh pertumbuhan yang sehat pada pendapatan bunga bersih dan pendapatan berbasis biaya (fee based income). Pendapatan bunga bersihnya tercatat tumbuh 20% menjadi Rp 4,91 triliun dan pendapatan berbasis biaya meningkat 18% atau mencapai Rp 1,43 triliun.

Di sisi lain, Bank Permata masih mampu membukukan pertumbuhan kredit 2% atau menjadi Rp 133 triliun sampai kuartal ketiga tahun ini. Pertumbuhan positif penyaluran kredit perseroan ini ditopang oleh segmen kredit otomotif dibawah program joint financing. Kontribusi positif juga ditunjukkan oleh segmen bisnis usaha kecil dan menengah yang digeluti perseroan.

"Kuartal ketiga ini adalah masa yang sulit, mengingat industri perbankan menghadapi dinamika tantangan berupa pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat, penurunan tingkat konsumsi, dan ketidakpastian geopolitik, serta ekonomi makro. Kami melihat risiko downside yang lebih lanjut dalam kuartal keempat nanti dan pengelolaan NPL tetap merupakan tantangan terbesar," tutur Sandeep.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×