kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bank sambut baik kado investment grade dari S&P


Senin, 22 Mei 2017 / 17:37 WIB
Bank sambut baik kado investment grade dari S&P


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Industri perbankan menyambut baik peningkatan peringkat kredit Indonesia oleh Standard and Poor's (S&P) menjadi layak investasi alias investment grade. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) misalnya, akan mengoptimalkan manfaat kenaiknya peringkat kredit dari S&P ini untuk mencari pendanaan.  

Direktur Treasury BNI, Panji Irawan mengatakan, saat ini bank berkode emiten BBNI ini tengah mempersiapkan penerbitan surat utang. Meski belum menentukan tanggal penerbitan surat utang, Panji menyebut hal tersebut akan dilakukan dalam waktu dekat. "Akan kami konfirmasi secepatnya terkait pendanaan di pasar modal," ujarnya, Senin (22/5).

Sebagai informasi saja, bank berlogo 46 ini memang berencana untuk mencari tambahan pendanaan melalui berbagai instrumen utang dan pinjaman bilateral dengan total nilai sekitar Rp 10 triliun. Instrumen utang tersebut antara lain, obligasi Rp 5 triliun dan Negotiable Certificate of Deposit (NCD) sebesar Rp 3 triliun dan Rp 2 triliun.

Sebelumnya Panji mengatakan, pihaknya tengah menggodok rencana untuk melakukan penerbitan Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) obligasi rupiah senilai Rp 3 triliun tahun ini.

Direktur Utama PT Bank Mayapada Tbk, Haryono Tjahjarijadi mengatakan, dengan negara berkategori investment grade biasanya negara akan lebih mudah mencari pembiayaan dari luar negeri dan biayanya bisa lebih murah. 

"Surat utang yang kami rencanakan terbitkan sub-debt yang masuk dalam hitungan Tier 2 Capital. Di samping itu denominasinya juga dalam rupiah dan yang membeli biasanya institusi dalam negeri," kata Haryono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×