kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bank syariah milik BUMN catat kinerja postif sepanjang tahun 2018


Jumat, 15 Februari 2019 / 14:44 WIB
Bank syariah milik BUMN catat kinerja postif sepanjang tahun 2018


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja anak usaha syariah dan unit usaha syariah (UUS) bank BUMN terus meningkat. Ambil contoh anak usaha PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) lewat BNI syariah yang per akhir 2018 lalu berhasil mengantongi laba sebesar Rp 416 miliar.

Angka tersebut meningkat 35,67% dibandingkan capaian pada tahun 2017 lalu yang sebesar Rp 307 miliar. Merujuk pemberitaan Kontan.co.id, Kamis (14/2) lalu Direktur Utama BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo mengatakan kenaikan laba ini ditopang oleh ekspansi pembiayaan, peningkatan fee based serta optimalisasi rasio dana murah.

Memang, bila ditelisik fee based income yang berhasil diraup BNI Syariah sebanyak tahun 2018 mencapai Rp 141 miliar. Mayoritas komisi ini ditopang oleh transaksi digital, hasanah card (kartu pembiayaan), cash management dan bisnis remitansi. Dari sisi pembiayaan, BNI Syariah telah mencatatkan pertumbuhan sebesar 19,39% secara year on year (yoy) menjadi Rp 28,3 triliun. Mayoritas peningkatan ini ditopang oleh segmen konsumer yang mencatat realisasi Rp 13,92 triliun atau 49,71% dari total pembiayaan.

"Sedangkan segmen komersial menyumbang 24,74% atau Rp 7 triliun. Diikuti bisnis kecil dan menengah sebesar Rp 5,97 triliun. Adapun pembiayaan segmen mikro Rp 1,08 triliun dan kartu pembiayaan atau hasanah card Rp 332,69 miliar," ujar Firman di Jakarta, Kamis (14/2).

Sejalan dengan ekspansi BNI Syariah, tingkat rasio pembiayaan bermasalah atau non performing financing (NPF) BNI Syariah di tahun lalu tercatat naik dari 2,89% menjadi 2,93%. Adapun, himpunan dana pihak ketiga (DPK) BNI Syariah tumbuh 20,82% di tahun 2018 lalu menjadi Rp 35,5 triliun. Dus, berkat kinerja tersebut aset BNI Syariah melompat menjadi Rp 41,05 triliun atau naik 17,88% dari pencapaian di tahun sebelumnya Rp 34,82 triliun.

Tahun ini, BNI Syariah menargetkan pertumbuhan pembiayaan sebesar 16% dan aset diproyeksikan naik 15%-19%. Sedangkan NPF dijaga maksimal di level 2,75%.

Selain BNI, PT Bank Mandiri Tbk lewat anak usaha perbankannya di tahun lalu juga membukukan kinerja membaik kendati belum terlalu tinggi. Merujuk presentasi perusahaan Bank Mandiri, tercatat anak usaha syariah Mandiri Syariah (BSM) tahun lalu membukukan total pembiayaan sebesar Rp 66,53 triliun atau tumbuh 9,61% secara yoy.

Di sisi lain, total DPK tercatat naik 5,56% yoy menjadi Rp 82,23 triliun. Sedangkan total aset sudah menembus Rp 93,14 meski baru tumbuh 5,91% yoy. Mandiri Syariah pada akhir taun lalu memang tengah serius membersihkan pembiayaan bermasalah. Terbukti dari NPF yang turun drastis dari 4,5% di tahun 2017 menjadi 3,5% pada akhir 2018 lalu.

Walau pertumbuhan di tahun lalu relatif hanya satu digit, bank syariah terbesar di Tanah Air ini tetap berhasil mengantongi laba setelah pajak menembus Rp 547,4 triliun atau tumbuh 49,82% yoy. 

Tidak ketinggalan, UUS PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN Syariah) sepanjang tahun lalu juga mencatatkan pertumbuhan. 

Kepala Divisi Syariah Bank BTN Joni Prasetyanto menyampaikan total aset UUS per 2018 mencapai Rp 28,5 triliun. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sekitar 21,84% dibandingkan pencapaian pada periode tahun 2017 sebesar Rp 23,39 triliun.

"Jumlah ini sekitar 10% dari total aset BTN. Sementara pembiayaan syariah sekitar Rp 19 triliun akhir 2018," ujarnya saat ditemui di Jakarta, Kamis (14/2) malam. 
Lebih lanjut, Joni menjelaskan kontribusi pembiayaan tersebut utamanya didorong dari kredit konsumer terutama KPR yang memakan porsi 80% dari total kredit. Sementara sisanya masuk ke segmen komersial.

Sementara dari sisi NPF, UUS BTN per akhir 2018 lalu membukan pembiayaan bermasalah 2,45% secara gross. Nah, bila dibandingkan dengan periode Desember 2017 jumlah ini melompat tinggi dari 0,95% atau naik 150 basis poin (bps).

Melihat pencapaian tersebut, BTN Syariah hanya menargetkan pembiayaan meningkat 8% sampai 9% di tahun 2019. Menurut Joni, target ini lebih rendah dari peningkatan pada 2018 yang dipatok naik 19%. 

Alasan utamanya, selain BTN Syariah ingin menjaga kualitas pembiayaan, saat ini bank konvensional BTN juga tengah merancang pendanaan untuk mengantisipasi likuiditas yang mulai mengetat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×