kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bankir akui gap antara laju kredit dan DPK mulai menyempit


Kamis, 21 November 2019 / 15:59 WIB
Bankir akui gap antara laju kredit dan DPK mulai menyempit


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gap antara pertumbuhan kredit perbankan terhadap dana pihak ketiga (DPK) kian menyempit. Data yang dipaparkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan per September 2019 pertumbuhan kredit secara industri hanya tumbuh sebesar 7,89% secara year on year (yoy). Sementara itu, DPK tumbuh mendekati kredit di level 7,47%.

Posisi ini berbeda dengan periode beberapa bulan sebelumnya. Semisal di bulan Mei 2019 lalu, kredit perbankan sempat tumbuh deras 11,05% yoy sedangkan DPK hanya tumbuh sebesar 6,27%. Fenomena ini praktis membuat rasio kredit terhadap DPK perbankan kian menciut menjadi 93,76% per September 2019. Sudah lebih rendah dibanding tahun sebelumnya 94,09%.

Baca Juga: BI tahan suku bunga, rupiah masih nangkring di level Rp 14.115 per dolar AS

Sejumlah bankir yang dihubungi Kontan.co.id pun mengamini hal tersebut, Wakil Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Herry Sidharta menjelaskan hal tersebut lebih disebabkan karena perbankan sudah menyesuaikan pertumbuhan kreditnya dengan laju DPK.

"Hal tersebut tercermin dari tren melambatnya growth kredit beberapa bulan terakhir ini," ujar Herry, Rabu (21/11).

Meski begitu, Herry tak menampik bahwa isu likuiditas masih menjadi tantangan industri perbankan saat ini. Tercermin dari LDR yang masih relatif tinggi.

Pun, BNI juga masih mencatatkan laju kredit cukup deras di kuartal III 2019 lalu yakni mencapai 14,4% yoy. Sedangkan DPK baru tumbuh 5,5% yoy dan membuat rasio LDR perseroan menembus 96,6% per September 2019 lalu.

Baca Juga: SMF menerbitkan surat berharga komersial (SBK) senilai Rp 120 miliar

Meski masih tinggi, bank berlogo 46 ini menegaskan bahwa kenaikan kredit tersebut nyatanya relatif lebih moderat dibandingkan kenaikan di kuartal II 2019 yang tumbuh 19,6% yoy. "Hal ini dibarengi dengan upaya kami melakukan optimalisasi sisi aset dan liabilitas untuk menjaga profitabilitas," sambungnya.

Dus, tahun depan BNI memperkirakan DPK perseroan bakal melejit naik 10%-12% di tahun depan. Walau tak merinci, Herry menyebut proyeksi kenaikan itu sedikit lebih tinggi dari pertumbuhan kredit, sehingga diharapkan LDR di 2020 akan mulai longgar.

Sedikit berbeda, Sekretaris Perusahaan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (Bank BJB) Muhammad Asadi Budiman memandang bahwa pihaknya sudah berhasil menjaga laju kredit sejalan dengan DPK. Menurutnya, per September 2019 kredit perseroan naik 9,8% yoy sedangkan DPK tumbuh 10%.

"Menjaga keseimbangan pertumbuhan DPK dan kredit ini menjadi fokus kami untuk memaksimalkan profitabilitas dan likuiditas," katanya. Pun, capaian tersebut sudah sesuai dengan peta biru kinerja perseroan yang mematok kredit tumbuh 10%-11% dan DPK naik 9%-10% di tahun ini.

Ia pun menegaskan bahwa posisi LDR Bank BJB masih di dalam batas longgar yakni sebesar 88% di kuartal III 2019. Praktis, posisi ini bakal dijaga stabil sampai dengan penghujung tahun.

Baca Juga: Bank Indonesia tahan suku bunga acuan di level 5%

Agak berbeda, Direktur Keuangan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) Ferdian Timur Satyagraha justru menyebut sebelumnya bahwa laju DPK malah lebih kencang dibandingkan kredit.

Tercermin dari LDR perseroan yang sangat longgar di Kuartal III 2019 sebesar 61,64%. Namun, seiring dengan upaya ekspansi perseroan, memasuki kuartal IV 2019 gap tersebut kian menyempit.

Catatan Ferdian, per Oktober 2019 kredit sudah tumbuh 13,91% yoy sementara DPK tumbuh 16,54% yoy di periode yang sama. Akhir tahun ini Bank Jatim memprediksi kredit akan tumbuh lebih tinggi sebesar 10%-11% sedangkan DPK hanya dipatok naik 8%. Lewat asumsi ini, diharapkan LDR bisa terangkat naik ke posisi 68,12%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×