Reporter: Mona Tobing | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Kondisi pasar modal dalam negeri memang sedang panas dingin. Berbagai korporasi menahan rencana penerbitan surat utang atau obligasi, sembari menunggu keadaan lebih baik.
Namun bagi PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek), obligasi baik milik negara maupun korporasi, masih terlihat menarik untuk dikoleksi. Perusahaan pemberi layanan jaminan hari tua ini menyediakan dana antara Rp 4 triliun - Rp 5 triliun untuk berbelanja obligasi di sisa tahun ini. Dari sejumlah dana tersebut, Jamsostek akan membeli 65% obligasi pemerintah dan sisanya obligasi korporasi.
Pasar modal fluktuatif menjadi alasan Jamsostek lebih suka mengoleksi obligasi. Soalnya, dalam kondisi seperti ini, penempatan investasi di reksadana atau saham diyakini tidak memberi imbal hasil yang maksimal.
Elvyn G. Masassya, Direktur Utama Jamsostek, mengatakan pihaknya tengah mengevaluasi perusahaan-perusahaan pelat merah maupun swasta yang akan menerbitkan obligasi pada semester II tahun ini. "Obligasi yang kami beli minimal peringkat A," ujar Elvyn akhir pekan lalu.
Sampai Juni lalu, total investasi Jamsostek di obligasi mencapai Rp 46 triliun. Perusahaan menargetkan, penempatan Rp 50 triliun sampai akhir tahun nanti atau setara 44%-46% dari dana investasi. Jamsostek berharap, bisa meraup keuntungan investasi obligasi sebesar Rp 15 triliun di akhir tahun nanti. Hingga Juni, hasil investasi Jamsostek Rp 8,9 triliun.
Evaluasi tiga bulanan
Kondisi pasar modal yang fluktuatif tak menyebabkan Jamsostek mengubah komposisi penempatan investasinya drastis. Penempatan investasi Jamsostek tetap mengacu alokasi aset. "Ada batas maksimum dan minimum yang telah kami susun. Jika pasar tak bagus, kami tidak akan mengubah komposisi secara drastis," kata dia.
Sebelumnya, Jeffry Haryadi, Direktur Investasi Jamsostek, mengatakan, perusahaan selalu melakukan evaluasi investasi setiap tiga bulan. Pertimbangannya antara lain, kondisi makro, pasar modal dan inflasi. Ini demi meningkatkan potensi investasi atau menghindari hasil investasi tergerus. Jamsostek juga lebih suka berorientasi pada instrumen investasi jangka panjang.
Di sisi lain, Jamsostek optimistis, dana kelolaan hingga akhir tahun akan melampaui target. Hingga Juni lalu, dana kelolaan Jamsostek telah mencapai Rp 144 triliun, nyaris mencapai target akhir tahun nanti yang sebesar Rp 149 triliun.
Elvyn mengatakan, peningkatan jumlah tenaga kerja di tanah air menjadi salah satu pendorong kenaikan dana kelolaan. Hingga Juni lalu, jumlah tenaga kerja yang terdaftar di Jamsostek telah mencapai 11,9 juta, naik dari 11,1 juta di Juni 2012 .
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News