kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Bersaing Ketat dengan QRIS, Industri Dompet Digital Diproyeksi Meredup


Rabu, 19 Juli 2023 / 22:56 WIB
Bersaing Ketat dengan QRIS, Industri Dompet Digital Diproyeksi Meredup
ILUSTRASI. Bersaing Ketat dengan QRIS, Industri Dompet Digital Diproyeksi Meredup


Reporter: Ferry Saputra | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Sejumlah pengamat menilai industri dompet digital ke depannya tak akan lagi menarik seperti dahulu. Ditambah geliat dari bank besar yang akan menambah layanan aplikasi digital menjadi superapps dan adanya biaya merchant discount rate (MDR) 0,3% bagi UMKM.

Terkait hal itu, Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai bisnis dompet digital tak terlalu menarik ke depannya dipicu setelah adanya skema pembayaran QRIS.

"Adopsi QRIS begitu cepat sehingga cepat juga diambil oleh perbankan, sedangkan dompet digital itu masih mengandalkan ekosistem dari layanan e-commerce dan lainnya," ucap Bhima kepada KONTAN.CO.ID, Rabu (19/7).

Parahnya, kata Bhima, sebagian masyarakat sudah menganggap e-commerce sudah masuk dalam fase jenuh meskipun market shared e-commerce masih mencatatkan 5%. 

Baca Juga: Era Cashless, Perbankan Fokus Ekspansi ATM Setor Tarik Gantikan ATM Tunai

Dengan demikian, dia menilai ketika bank melakukan adaptasi dan menawarkan layanan QRIS, orang-orang akan berpikir uang mereka tersimpan di bank dan buat apa dipindahkan ke dompet digital untuk melakukan transaksi secara online.

Hal itu juga yang menjadi suatu hambatan industri dompet digital. "Seiring permasalahan itu, bank tak tinggal diam, lalu melakukan inovasi dengan terlibat dalam QRIS," ujarnya.

Bhima menyampaikan sekarang ada regulasi QRIS berbayar dengan biaya MDR 0,3% untuk pelaku UMKM. Dia menganggap hal itu menjadi suatu tekanan bagi dompet digital dan bisa membuat pertumbuhan dompet digital terganggu ke depannya. 

Dalam hal ini, bank diuntungkan karena memiliki ekosistem yang jauh lebih luas, termasuk di e-commerce dan toko fisik, yang mana banyak merchant lebih tertarik bekerja sama dengan QRIS perbankan dengan logo bank. 

"Pada waktu QRIS awal, ramai sekali logo DANA, GoPay, hingga OVO. Namun, kini QRIS merchant UMKM itu banyak yang lebih tertarik kerja sama dengan perbankan. Jadi, saya mengira bisnis dari dompet digital tak semenarik itu ke depannya," katanya.

Baca Juga: Bank Besar Kembangkan Layanan Digital SuperApps, Begini Tanggapan DANA

Sependapat dengan Bhima, Pengamat Teknologi/Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi menyampaikan dompet digital menghadapi permasalahan besar ketika bank besar mulai ikut serta terlibat di pembayaran dengan QRIS maupun menambahkan layanan pada aplikasi digital mereka.

Heru menerangkan sebenarnya sejumlah dompet digital memiliki pasar dan ekosistem yang luas. Misalnya, GoPay yang memiliki afiliasi dengan Tokopedia dan Gojek. Sementara itu, OVO secara otomatis afiliasi dengan Grab. 

"Namun, hal itu dirasa tak cukup melihat bank besar punya ekosistem yang lebih luas juga," katanya.

Oleh karena itu, platform dompet digital patut mewaspadai geliat dari bank besar ke depannya agar bisa tetap bertahan.

Sebagai informasi, sejumlah bank besar kini tengah bergeliat untuk mengembangkan aplikasi digital milik mereka untuk menjadi superapps. Salah satunya, PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) dikabarkan juga akan mengembangkan BSI Mobile menjadi superapps.

Baca Juga: Buka PLN Mobile Buat Menambah Daya Listrik Rumah, Ini Cara-Caranya

Selain itu, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI juga telah mencatatkan hasil positif dari aplikasi digital mereka, BRImo. Hingga Juni 2023 atau dalam 6 bulan, nilai volume transaksi di BRImo telah menyentuh Rp 1.895 triliun atau mengalami kenaikan 76,2% secara tahunan (YoY). Sementara itu, jumlah transaksi telah mencapai 1,3 miliar atau naik 89,6% YoY. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×