kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

BI akan Paksa Bank Jual Kredit Lebih Murah


Senin, 05 Juli 2010 / 20:43 WIB
BI akan Paksa Bank Jual Kredit Lebih Murah


Reporter: Ruisa Khoiriyah | Editor: Test Test

JAKARTA. Bank Indonesia (BI) berjanji akan terus membenahi persoalan yang melingkupi sektor perbankan di Tanah Air. Selain berniat mempercepat kebijakan khusus untuk mendorong penyaluran kredit, BI juga akan mematangkan kebijakan khusus untuk memaksa perbankan agar lebih kompetitif dan mau memberi bunga kredit yang wajar bagi sektor riil.

Pjs. Gubernur BI Darmin Nasution mengungkapkan, satu per satu kelemahan dan kekurangan yang diidap oleh sektor perbankan akan diselesaikan. "Kami percaya kami bisa mengarahkan moneter dan perbankan ke arah yang diharapkan masyarakat umum," ungkapnya di Jakarta, Senin (5/7).

Bentuk konkritnya, Darmin bilang, BI saat ini tengah siapkan kebijakan khusus yang diarahkan untuk memaksa bank agar mau menurunkan bunga kredit. "Caranya dengan memaksa bank agar bersaing lebih tajam, sehingga bank mau tidak mau akan berikan kredit dengan bunga lebih rendah," jelasnya.

Salah satu persiapan yang dilakukan adalah dengan mengumpulkan data lengkap perbankan terkait variabel-variabel penyumbang nett interest margin alias margin bunga bersih perbankan yakni biaya dana, premi risiko, overhead cost, dan margin alias keuntungan yang diambil bank dari penyaluran kredit. Dari data tersebut, BI nanti akan menyusun kebijakan khusus yang ditujukan agar bank lebih kompetitif sehingga bunga kredit bisa lebih murah. Bila kredit harganya murah, tentu sektor riil bisa lebih mudah mengakses kredit dan ini akan berimbas pada pertumbuhan ekonomi.

Kebijakan lain yang disiapkan oleh BI adalah penghitungan giro wajib minimum (GWM) yang harus dibayar bank dikaitkan dengan tingkat penyaluran kredit perbankan alias loan to deposit ratio. "Kami akan percepat itu, dalam waktu dekat akan diterbitkan," katanya.

Langkah BI menyiapkan berbagai macam aturan yang bakal bikin bankir sibuk ini bisa jadi dilatarbelakangi kegemasan melihat masih rendahnya kinerja bank dalam membiayai kebutuhan sektor riil sejauh ini. Ini tecermin dalam rasio kredit terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang hanya 20%. Kalah jauh dari Malaysia yang sudah lebih dari 100%. Ditambah lagi, perbankan di tanah air masih "rakus" mengambil untung. Ini terlihat dari margin bunga bersih yang masih di kisaran 5%, jauh di atas rata-rata NIM perbankan di Asean yang berkisar 3% saja.

Padahal kapasitas perbankan saat ini bila dilihat dari sisi likuiditas, mumpuni untuk menyalurkan kredit lebih besar dan murah. "Likuiditas saat ini amat longgar," kata Darmin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×