Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi
Santoso menilai, penurunan outstanding pada segmen konsumer tersebut disebabkan oleh tingkat pelunasan (repayment) yang lebih tinggi dibandingkan pemberian fasilitas kredit baru. "Kami berharap bahwa geliat bisnis konsumer akan segera pulih sejalan dengan berbagai kebijakan pemerintah, regulator, dan otoritas perbankan," imbuhnya.
Senada, Direktur Konsumer PT Bank CIMB Niaga Tbk Lani Darmawan juga menyambut baik relaksasi tersebut. Menurutnya, secara bertahap keringanan itu bakal membantu pertumbuhan KKB secara industri.
Tapi, Lani menegaskan pihaknya tidak mau latah dengan langsung memberikan DP KKB 0%. Sebab menurutnya, uang muka memang punya peran yang sangat penting dalam menjaga kesehatan portofolio kredit. "Kebijakan DP ataupun LTV tidak ditetapkan sama untuk nasabah. Tergantung dari faktor risiko masing-masing nasabah," ujarnya.
Baca Juga: Begini alasan Bank Indonesia (BI) longgarkan kebijakan uang muka KPR dan KKB
Sebagai informasi saja, pada tahun 2020 lalu CIMB Niaga mencatatkan pertumbuhan KKB masih positif 4,5% secara yoy menjadi Rp 6,75 triliun.
Realisasi kredit konsumer secara total masih tumbuh 1,7% yoy dari Rp 54,29 triliun per 2019 menjadi Rp 55,21 triliun pada akhir tahun lalu.
Secara volume penjualan, Lani optimistis KKB bisa tumbuh lebih besar yakni mencapai 10%. Adapun, tahun lalu perseroan mampu mencatat kenaikan volume penjualan KKB menembus 10% secara yoy.
Sebagai tambahan informasi, menurut catatan BI per Januari 2021 pertumbuhan KKB masih -26% secara tahunan. Penurunan tersebut juga terjadi di seluruh jenis kredit otomotif, mulai dari kredit sepeda motor, kredit mobil roda empat hingga kredit roda enam atau lebih.
Selanjutnya: Ada kebijakan DP 0% untuk kredit kendaraan, multifinance masih timbang-timbang
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News