Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI Rate) dinilai tidak berdampak signifikan pada likuiditas dalam valuta asing (Valas) di perbankan.
"Sebenarnya tidak akan terlalu berdampak signifikan. Kalau penurunan bunga acuan lebih untuk peningkatan DPK yang sifatnya non valas, tapi bagaimanapun karena ini perputaran, semuanya pasti akan ada pengaruhnya meskipun kecil," kata Pengamat Perbankan Mochammad Amin Nurdin kepada kontan.co.id, Kamis (22/5).
Amin menilai, secara umum likuiditas valas masih ketat, jadi apapun kondisinya masih akan ketat. Ia juga memperkirakan pertumbuhan DPK valas tidak akan tinggi, dalam hal persentase hanya 5%-7% dibandingkan Pertumbuhan DPK yang non-valas untuk tahun ini.
Baca Juga: Likuiditas Valas Mengetat, OJK Aktif Lakukan Komunikasi Dengan Perbankan
Lebih lanjut Amin menerangkan, sentimen yang mempengaruhi ketatnya likuiditas valas yakni, kondisi global, perbandingan kurs, seberapa besar kebutuhannya ke depan, dan apakah banyak instrumen lain yang diterbitkan.
"Kalau misalnya mau melonggarkan kan banyak hal yang bisa dilakukan, seperti menerbitkan surat utang, club deal, sindikasi, macam-macam yang kemudian membuat kondisi likuiditas melonggar," ujarnya.
Karena kata Amin bagaimanapun ini akan berpengaruh terhadap kebutuhan kredit valas, karena untuk bank-bank besar dan bank asing memang cukup banyak permintaan untuk pembiayaan yang berbasis valas.
"Dan kebutuhan akan dana dalam valuta asing cukup besar untuk investasi, baik di dalam maupun di luar negeri Karena beberapa produk itu kan dibeli dengan menggunakan mata uang asing," jelasnya.
Presiden Direktur PT CIMB Niaga Tbk Lani Darmawan juga mengakui, likuiditas valas di pasar masih cukup ketat. Walau demikian kata Lani, bank akan mengambil valas sesuai kebutuhan loan valas untuk me-manage mismatch.
"Di CIMB Niaga sendiri LDR valas masih cukup bagus di sekitar 70%-an," katanya.
Di sisi lain, PT Bank Central Asia (BCA) memproyeksikan likuiditas valas terjaga dalam posisi memadai, sejalan proyeksi pertumbuhan transaksi valuta asing serta pergerakan nilai tukar rupiah.
Baca Juga: Jurus Bank BCA Jamin Keamanan Likuiditas Valas di Tengah Tren Pelemahan Rupiah
Adapun nilai DPK valas BCA per Maret 2025 mencapai Rp77,9 triliun, tumbuh 17% YoY.
"BCA berkomitmen memenuhi kebutuhan transaksi valas sesuai kebutuhan nasabah dalam berbagai jenis mata uang," ungkap Hera F. Haryn selaku EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA.
Ke depan, BCA juga disebut akan terus berupaya menjaga keseimbangan pertumbuhan profitabilitas, likuiditas serta kualitas.
Tak berbeda, PT Bank Mandiri juga meyakini bahwa hingga saat ini, fundamental ekonomi Indonesia tetap solid, tercermin dari inflasi yang terkendali, cadangan devisa yang memadai, serta komitmen pemerintah dalam menjaga stabilitas fiskal.
"Oleh karena itu, Kami melihat tetap adanya peluang bagi pertumbuhan kredit, khususnya dalam mendukung pembiayaan nasabah yang membutuhkan fasilitas valas," kata Corporate Secretary Bank Mandiri, M. Ashidiq Iswara.
Adapun Kredit valas Bank Mandiri juga menunjukkan pertumbuhan kinerja yang positif sebesar 12,7% secara year on year per Maret 2025.
Terkait sektor, penyaluran kredit disebut berfokus pada sektor prospektif dan resilien, termasuk ekspor-impor. "Kami tetap berhati-hati dan terus menjaga kualitas aset secara sustain di tengah volatilitas pasar," imbuhnya.
Selanjutnya: Usai Ada Aduan, Rupiah Cepat Penuhi Panggilan OJK dan Bertemu dengan Konsumen
Menarik Dibaca: 4 Cara Memanjangkan Bulu Mata Secara Alami Tanpa Perlu Extension ke Salon
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News