Reporter: Nadya Zahira | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) telah menurunkan suku bunga acuan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 6% di pertengahan September lalu. Hal sama juga dilakukan The Fed yang langsung memangkas suku bunga 50 basis poin menjadi 4,75%-5%.
Menanggapi keputusan tersebut, Christine Setyabudhi, CEO dan Direktur Utama BCA Life menyatakan bahwa penurunan suku bunga memberikan dampak positif terhadap ekspektasi kinerja investasi perusahaan.
Baca Juga: Industri Asuransi Siapkan Jurus Hadapi Efek Deflasi
Christine menjelaskan bahwa pada Agustus 202, kinerja investasi pada instrumen berbasis ekuitas atau saham mengalami pertumbuhan paling pesat, dengan angka lebih dari 5% selama bulan tersebut.
“Aset investasi tersebut mencatatkan pertumbuhan kinerja lebih dari 5% selama bulan Agustus 2024,” ujar Christine kepada Kontan.co.id, Jumat (11/10).
Christine menambahkan bahwa BCA Life memiliki eksposur pada instrumen investasi berbasis ekuitas. Kenaikan harga saham sepanjang Agustus 2024 turut memberikan dampak positif yang signifikan, mendorong pertumbuhan kinerja investasi perusahaan.
Namun, dia mencatat bahwa hingga saat ini, mayoritas portofolio investasi BCA Life didominasi oleh instrumen pendapatan tetap, yang terdiri dari obligasi pemerintah dan obligasi korporasi.
Baca Juga: BCA Life dan Bank BCA Hadirkan Produk Asuransi MyGuard di myBCA
Selain obligasi, BCA Life juga memiliki instrumen reksadana dengan underlying saham dan obligasi, meskipun dengan porsi yang terbatas. Untuk menjaga likuiditas perusahaan, BCA Life juga mengalokasikan sebagian portofolio investasinya pada instrumen jangka pendek di pasar uang.
Lebih lanjut, Christine menjelaskan bahwa total alokasi investasi pada instrumen obligasi mencapai 80% dari total aset investasi BCA Life, dengan rincian obligasi pemerintah sebesar 56% dan obligasi korporasi 24%. Sisa portofolio terdiri dari instrumen pasar uang dan reksadana.
“BCA Life yakin kinerja investasi yang diperoleh akan terus berkembang secara positif, di tengah optimisme terhadap pertumbuhan pasar obligasi dan saham,” imbuhnya.
Christine menambahkan bahwa melalui proses manajemen risiko yang hati-hati dan diversifikasi portofolio, BCA Life percaya dapat terus memperoleh hasil investasi yang memuaskan serta mencapai target yang telah ditetapkan.
Baca Juga: BCA Life Catat Investasi Saham Tumbuh Paling Pesat pada Agustus 2024
Investasi MSIG Life Tumbuh Berkat Penurunan Suku Bunga
Selaras dengan hal ini, PT MSIG Life Insurance (MSIG Life) juga melaporkan bahwa penurunan suku bunga BI berdampak positif pada kinerja investasi perusahaan.
Investasi MSIG Life tercatat meningkat signifikan menjadi Rp 530 miliar pada Agustus 2024, dibandingkan Rp 378 miliar pada bulan Juli.
Baca Juga: MSIG Life Buka Kantor Agen Asuransi Pertama di Pekanbaru
Wiratama, Manajer Equity Research & UL Strategy MSIG Life, menjelaskan bahwa peningkatan hasil investasi ini didorong oleh rally pada obligasi pemerintah dan saham. Dari Juli hingga Agustus 2024, yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun turun dari 6,9% menjadi 6,6%.
Penurunan ini mencerminkan ekspektasi yang meningkat terhadap pemangkasan suku bunga lebih lanjut tahun ini, yang pada gilirannya mendorong kenaikan nilai investasi perusahaan.
Per Agustus 2024, alokasi investasi MSIG Life, termasuk dana Unit Link (UL) nasabah, didominasi oleh obligasi pemerintah sebesar 55%, diikuti oleh obligasi korporasi 17%, saham 15%, dan sisanya pada reksadana serta pasar uang.
Jika dana UL tidak diperhitungkan, porsi terbesar investasi perusahaan adalah obligasi sebesar 85%, pasar uang 13%, dan saham hanya 2%.
Dengan pemangkasan suku bunga BI Rate, yield obligasi pemerintah 10 tahun kembali turun ke level 6,4%, yang menunjukkan kenaikan harga obligasi. Ini diharapkan dapat meningkatkan hasil investasi bagi berbagai perusahaan asuransi jiwa.
Baca Juga: Suku Bunga Turun, Unitlink Kian Prospektif
Wiratama menegaskan bahwa hingga akhir tahun 2024, alokasi investasi MSIG Life tidak akan berubah, tetap berfokus pada obligasi pemerintah.
Pilihan ini diambil karena obligasi pemerintah menawarkan imbal hasil yang kompetitif dan menguntungkan di tengah tren penurunan suku bunga, dengan risiko yang rendah dan durasi investasi yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News