Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Potensi Bank Indonesia (BI) menyesuaikan tingkat suku bunga acuan tampaknya makin nyata. Namun hal ini diprediksi tidak akan terlalu serius bagi pasar pembiayaan.
Direktur Utama PT Adira Dinamika Multi Finance Hafid Hadeli mengatakan, kenaikan suku bunga acuan tentunya akan mempengaruhi bunga pembiayaan yang dikenakan kepada para nasabah. Tapi kondisi ini pun tak bisa dipukul rata.
Bagi nasabah kredit sepeda motor misalnya, biasanya setiap kenaikan suku bunga kredit sebesar 1%, akan berdampak pada kenaikan besaran cicilan per bulan antara Rp 5.000 sampai Rp 10.000.
Nah besaran itu, menurut Hafid, tak akan berpengaruh terlalu besar bagi nasabah. "Nasabah akan lebih mudah menyesuaikan," kata dia.
Namun untuk debitur kredit mobil, Hafid mengakui, dampak kenaikan suku bunga kredit memang akan terasa lebih besar. Bila suku bunga acuan naik sebesar 1%, maka cicilan bulanan rata-rata bisa naik sebesar Rp 500.000.
Meski begitu, kenaikan suku bunga kredit biasanya terjadi secara bertahap. Sehingga meskipun ada kenaikan bunga cicilan, maka hal itu pun bakal dilakukan sedikit demi sedikit. Dengan begitu, dia yakin, pasar pembiayaan masih bisa tumbuh positif meski BI akan mengerek suku bunga acuan dalam waktu dekat.
Adira Finance tahun ini menargetkan pertumbuhan pembiayaan antara 5% sampai 10% dari realisasi tahun 2017 yang sebesar Rp 32,7 triliun. Sementara sampai Maret 2018, realisasi pembiayaan yang sudah disalurkan Adira Finance sudah mencapai Rp 8,7 triliun.
Adapun untuk sumber pendanaan, multifinance ini eakan rajin melakukan diversifikasi agar mendapatkan bunga yang paling kompetitif. Jika pendanaan lewat bank terasa lebih berat dengan adanya potensi kenaikan bunga kredit bank, Adira akan menimbang penerbitan surat utang. "Bila kondisi pasar memungkinkan, di semester kedua nanti juga ada rencana penerbitan lagi," kata Hafid.
Dia mengatakan, saat ini rata-rata bunga pembiayaan kendaraan roda empat di Adira Finance berada di rentang 5%-6%. Sementara untuk pembiayaan sepeda motor mencapai 12%-13%.
Sementara Direktur PT Mandiri Tunas Finance (MTF) Harjanto Tjitohardjojo menilai, dalam beberapa waktu ke belakang tren suku bunga terbilang stabil. Namun bukan berarti adanya potensi kenaikan suku bunga acuan bisa langsung berdampak buruk bagi industri pembiayaan.
Pasar pembiayaan kendaraan saat ini menunjukan tren yang positif, baik di segmen ritel maupun pasar korporat. "Pertumbuhan ekonomi juga mendorong kalangan korporat berekspansi sehingga menumbuhkan kebutuhan akan pembiayaan kendaraan," kata Harjanto.
MTF juga akan gencar berekspansi jaringan hingga hadir di sejumlah pameran otomotif. Dengan begitu, ia optimistis bisa mengejar target pembiayaan Rp 24 triliun alias naik 8,11% dari realisasi 2017. Adapun pembiayaan MTF di kuartal I 2018 naik sebesar 44,3% secara tahunan menjadi Rp 6,5 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News