Reporter: Adhitya Himawan | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Tingginya bunga deposito yang diterapkan Bank Ina Perdana menambah beban biaya dana (cost of fund) yang harus dipikul. Untungnya, di tengah situasi sulit ini Bank Ina Perdana masih mampu meningkatkan sedikit perolehan pendapatan bunga bersih alias net interest margin (NIM).
Menurut Edy Kuntardjo, Direktur Utama Bank Ina Perdana, NIM Bank Ina Perdana di akhir tahun lalu sebesar 4,58%. Meningkat sedikit dibanding akhir 2012 yang sebesar 4,20%.
"Harus diakui situasi saat ini tidak normal. Kondisi perang bunga di pasaran membuat semua bank berlomba memasang bunga tinggi untuk mempertahankan deposannya. Ini tentu menambah beban cost of fund kami," kata Edy saat dihubungi KONTAN, Minggu, (9/2).
Saat ini penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) di Bank Ina Perdana pada akhir 2013 lalu mencapai Rp 1,3 triliun. Dari jumlah tersebut, 80% diantaranya adalah deposito. Sehingga simpanan deposito di Bank Ina sebesar Rp 1,04 triliun. Sisanya 20% alias Rp 260 miliar adalah tabungan dan giro alias current acount saving acount (CASA).
Sayang, Edy menolak mengungkapkan besaran cost of fund di Bank Ina Perdana baik di akhir tahun lalu maupun perbandingan dengan akhir tahun 2012. "Pastinya ini memperberat upaya peningkatan NIM," ujar Edy.
Ke depan, Bank Ina mencoba mengurangi ketergantungan penghimpunan DPK yang terlalu didominasi deposito dengan memperbesar porsi CASA. Salah satunya dengan memunculkan produk tabungan dengan tawaran berhadiah.
"Selain itu kami membuka layanan virtual acount yang ditujukan terutama untuk sektor pendidikan. Layanan ini menghimpun dana pendidikan dari sekolah sampai Universitas," pungkas Edy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News