Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Perlambatan pertumbuhan ekonomi sepanjang semester I tahun 2015 ini, sangat terasa dampaknya bagi pertumbuhan kredit perbankan. Revisi ke bawah pertumbuhan kredit banyak dilakukan oleh industri perbankan yang merupakan pelaku usaha.
Bank Internasional Indonesia (BII) pun turut merevisi ke bawah target proyeksi pertumbuhan kredit sampai dengan akhir tahun mendatang. Direktur Keuangan BII, Thilagavathy Nadason mengungkapkan, pihaknya melakukan revisi kredit dari proyeksi sebelumnya dikisaran 15%-17%, terjun bebas hingga ke level 11%-13%.
"Kami ada revisi rencana bisnis bank, sama dengan bank-bank lain. Revisi kredit turun dari 15%-17% menjadi antara 11% sampai 13%. Profit dan DPK (dana pihak ketiga) juga akan revisi," jelas Thila akhir pekan lalu.
Thila merinci, kredit yang masih akan tetap tumbuh cukup tinggi pada semester II-2015 ini diantaranya adalah kredit usaha kecil dan menengah (UKM), kredit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan juga kredit konsumsi. Sementara itu, untuk kredit yang akan mengalami penurunan ada kredit korporasi.
"BII sendiri sudah menurunkan kredit korporasi sejak tahun 2014 kemarin. Jadi kami melihat untuk tahun ini, kredit korporasi sudah mulai recover posisi, sehingga bisa stabil atau hanya turun sedikit," kata Thila.
Menurut Thila, penyebab penurunan pertumbuhan kredit adalah karena perlambatan pertumbuhan ekonomi. Masyarakat dan investor memilih untuk melakukan ekspansi bisnis dan usahanya. Dengan begitu, permintaan kredit seperti kredit modal kerja dan juga kredit investasi sepanjang tahun 2015 diperkirakan mengalami penurunan.
Penopang pertumbuhan kredit di industri perbankan, masih akan disumbang oleh kredit sektor konsumsi. Perlambatan pertumbuhan kredit ini, kata Thila, akan berdampak pada interest income perbankan. Lantaran permintaan kredit berkurang, maka BII pun tidak menggenjot raihan dana pihak ketiga (DPK), sebagai upaya untuk balancing pada interest expense perseroan.
Dengan begitu, kata Thila, BII masih dapat berupaya untuk menjaga raihan margin bunga bersih atau net interest margin (NIM). "Kami menjaga di harga dana, sehingga NIM akan dipertahankan. Untuk pendanaan tidak ada permintaan yang signifikan karena kami berupaya untuk meningkatkan CASA (current account and saving account / giro dan tabungan)," ucapnya.
Dalam kesempatan yang berbeda, Direktur Retail Banking BII, Lani Darmawan mengungkapkan, perseroan akan fokus pada peningkatan dana murah atawa CASA DPK. Lani bilang, sejak akhir tahun 2014 lalu sampai dengan saat ini, CASA pada BII telah tumbuh sebesar 2%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News