kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.901.000   -7.000   -0,37%
  • USD/IDR 16.224   30,00   0,19%
  • IDX 6.858   -7,60   -0,11%
  • KOMPAS100 997   -2,17   -0,22%
  • LQ45 761   -2,21   -0,29%
  • ISSI 226   -0,08   -0,04%
  • IDX30 392   -1,32   -0,34%
  • IDXHIDIV20 453   -2,60   -0,57%
  • IDX80 112   -0,28   -0,25%
  • IDXV30 114   -0,38   -0,33%
  • IDXQ30 127   -0,52   -0,41%

Bisnis lesu, total pembiayaan hanya naik 2,1%


Selasa, 27 September 2016 / 10:01 WIB
Bisnis lesu, total pembiayaan hanya naik 2,1%


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Hingga tujuh bulan pertama 2016, industri pembiayaan nasional masih lesu darah. Hal ini terlihat dari pertumbuhan total atau outstanding pembiayaan yang masih berjalan lambat.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sampai Juli 2016 mencatat, piutang perusahaan pembiayaan sebesar Rp 371 triliun, atau naik tipis 2,1% dari posisi di akhir 2015, yang sebesar Rp 363,2 triliun.

Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno menjelaskan, kondisi bisnis sejumlah sektor industri yang tumbuh negatif menjadi salah satu penyebabnya. Faktor utamanya adalah di sektor industri pertambangan. Bisnis tambang hingga kini masih melemah seiring dengan harga komoditas yang masih rendah. Alhasil, permintaan alat berat turun. "Hal ini sejalan dengan ekspansi pelaku usaha, jadi tersendat," kata Suwandi.

Data OJK juga menunjukkan, nilai piutang segmen sewa guna usaha yang banyak digunakan oleh perusahaan alat berat juga turun. Jika pada Desember 2015 mencapai Rp 105,3 triliun, pada Juli 2016 justru hanya sebesar Rp 98,9 triliun.

Tak cuma di segmen alat berat, minimnya ekspansi juga terjadi pada beberapa sektor usaha lain, sehingga permintaan juga melambat pada penjualan kendaraan komersial.

Sementara itu, meski tren lebih baik, pertumbuhan segmen pembiayaan konsumen masih banyak hambatan. Pasalnya, permintaan kendaraan yang menjadi motor di segmen ini pun belum menunjukkan kenaikan yang signifikan. Sampai Juli 2016, piutang perusahaan pembiayaan di segmen ini mencapai Rp 260,7 triliun. Artinya, pertumbuhan yang dicapai hanya sebesar 5,5% dari posisi akhir tahun lalu, Rp 247 triliun.

Lesunya permintaan kendaraan niaga pun kian menekan bisnis PT Adira Dinamika Multi Finance, sehingga sampai dengan Agustus, realisasi kredit yang disalurkan turun 3% menjadi Rp 19,6 triliun.

Direktur Utama Adira Finance Willy S. Dharma menyebut, selama ini kontribusi dari segmen kendaraan komersial menjadi tulang punggung perusahaan ini untuk kredit roda empat. Porsinya mencapai sekitar 70% dari total pembiayaan mobil. Sehingga saat pasarnya turun, dampaknya langsung dirasakan perseroan ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×