kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis Menggeliat, Kinerja Bank Digital Makin Membaik di Semester I-2022


Jumat, 22 Juli 2022 / 18:46 WIB
Bisnis Menggeliat, Kinerja Bank Digital Makin Membaik di Semester I-2022
ILUSTRASI. Bank digital mampu membalikkan kinerja di paruh pertama 2022 menjadi positif.


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank digital mampu membalikkan kinerja di paruh pertama 2022 dari posisi rugi yang membengkak di awal kehadirannya. Meskipun membaik, belum semua bank digital mampu mencetak laba bersih. 

PT Bank Jago Tbk (ARTO) berhasil mencatatkan laba bersih senilai Rp 28,91 miliar hingga Juni 2022. Ini berbanding terbalik dengan periode yang sama pada tahun lalu yang merugi Rp 46,77 miliar. 

Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar menyebut kinerja itu berkat pertumbuhan positif dan solid terjadi pada sisi penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), penyaluran kredit, dan jumlah nasabah pengguna digital banking.

Jumlah nasabah pendanaan (funding) mencapai lebih dari 3 juta nasabah pada akhir Juni 2022. Jumlah nasabah ini tumbuh lebih dari 100% dalam 6 bulan atau tercatat 1,4 juta nasabah pada akhir 2021. 

Baca Juga: Bank BCA Digital Bakal Salurkan Kredit Lewat Aplikasi Blu Mulai Akhir Tahun

“Kami memaknai pertumbuhan ini sebagai apresiasi terhadap upaya kami dalam menghadirkan aplikasi perbankan yang menjawab kebutuhan nasabah,” ujarnya Kamis (21/7).

Meningkatnya jumlah nasabah mendorong dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 253% menjadi Rp 6,1 triliun secara year on year (yoy). Ditopang oleh pertumbuhan dana murah atau current account savings account (CASA) 643% secara yoy menjadi Rp3,87 triliun. 

Sedangkan deposito tumbuh 85% menjadi Rp2,23 triliun. Hal ini membuat struktur biaya dana semakin membaik yang tercermin pada rasio CASA terhadap total DPK mencapai 63%.

Peningkatan CASA membuat Bank Jago berhasil menjaga beban bunga dan beban syariah tetap rendah, yakni Rp64 miliar pada kuartal kedua 2022 atau naik 200% dari tahun sebelumnya. Sementara itu, pendapatan bunga dan pendapatan syariah Bank Jago tumbuh lebih tinggi, yakni meningkat 340% menjadi Rp705 miliar pada kuartal kedua 2022. Dengan demikian pendapatan bunga bersih tercatat R p641 miliar atau tumbuh 361% secara yoy.

Pendapatan bunga dan pendapatan syariah ini didorong oleh penyaluran kredit dan pembiayaan syariah yang tumbuh 234% menjadi Rp7,26 triliun dibandingkan periode yang sebesar Rp2,17 triliun. Secara year to date, penyaluran kredit dan pembiayaan syariah meningkat Rp1,89 triliun atau tumbuh 35% dibandingkan akhir 2021 yang tercatat Rp5,37 triliun.

Ini ditopang kolaborasi Bank jago dengan sejumlah fintech lending, multifinance, dan institusi keuangan digital lainnya dalam kerja sama pembiayaan (partnership lending). Hal ini melengkapi integrasi Bank Jago dengan super-app Gojek, aplikasi reksadana online Bibit, dan platform trading online Stockbit. Sampai dengan akhir kuartal II-2022, Bank Jago telah berkolaborasi dengan 34 institusi, seperti Atome, Kredit Pintar, Home Credit, Carsome Indonesia, dan BFI Finance.

Baca Juga: Baru Berusia Setahun, Transaksi Blu dari BCA Digital Telah Mencapai Rp 36 Triliun

“Kami akan terus memperluas dan memperdalam kolaborasi dengan ekosistem keuangan. Ini merupakan strategi kami untuk aktif mendatangi para nasabah di manapun mereka berada,” ujar Kharim.

Adapun pertumbuhan DPK yang tinggi mendorong perbaikan rasio likuiditas atau loan to deposits ratio (LDR) menjadi 119% pada akhir kuartal II-2022 dari 146% pada akhir 2021.

Bank Jago mencatatkan rasio pendapatan bunga bersih atau net interest margin (NIM) 10,8% dan memiliki rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) 110%. 

“Cukup kuat untuk mendukung ekspansi bisnis ke depan. Hingga akhir Juni 2022 Bank Jago mencatatkan total aset sebesar Rp14,61 triliun, tumbuh 44,8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya,” tuturnya. 

Sedangkan, PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) mengklaim mampu memperbaiki kinerja hingga paruh pertama 2022. Direktur Utama BNC Tjandra Gunawan menyatakan rugi setelah pajak mencapai Rp 606 miliar per semester I-2022. 

Ia menyatakan nilai itu turun dibandingkan kerugian di sepanjang 2021 sebesar Rp 990 miliar. Namun, Tjandra menyebut kerugian itu terus menyusut secara bulanan (mtm), dari rugi Rp 90 miliar pada Mei 2022 menjadi rugi Rp 30 miliar pada Juni 2021. 

"Ke depannya, proyeksi kami Rp 30 miliar itu akan turun terus dan bahkan menjadi profit. Kalau ditanya angkanya berapa (sampai akhir tahun)? Yang pasti angkanya jauh di bawah kerugian tahun lalu," kata Tjandra.

Baca Juga: BCA Digital Jaring Nasabah Hampir 800.000 hingga 10 Juli 2022, DPK Rp 4,2 Triliun

Lanjut ia, rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) ikut menurun dari 224% di akhir 2021 menjadi 156,75% pada semester I-2022. Return on asset (ROA) dari -13,71% menjadi -9,18%. Sedangkan Return on equity (ROE) dari -84,61% menjadi 54,07%.

Ini tak terlepas dari peningkatan pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) secara year to date (ytd) dari Rp 315 miliar menjadi Rp 547 miliar per Juni 2022. . Sehingga BNC mampu mencetak net interest margin (NIM) dari 5,15% menjadi 10,16% di paruh pertama tahun ini. .  Sedangkan pendapatan berbasis komisi (fee based income) juga naik dari Rp 122 miliar pada 2021 menjadi Rp 176 miliar di Juni 2022. 

Sementara itu, total beban cenderung menurun dari Rp 1,42 triliun menjadi Ro 1,33 triliun.  Diikuti biaya dana atau cost of fund (CoF) yang terjaga di posisi stabil 5,4% hingga 5,7%. Selain itu, penurunan beban ikut dipengaruhi dari kebijakan membatasi gratis transaksi menjadi sebanyak 25 kali untuk setiap pengguna aplikasi. 

Dari sisi likuiditas, dana pihak ketiga (DPK) naik dari Rp 8,1 triliun menjadi 11,1 triliun. Sedangkan aset meningkat dari 11,3 triliun menjadi Rp 14,3 triliun, seiring kredit yang melesat dari hanya Rp 4,2 triliun menjadi Rp 7 triliun pada semester I-2022.  BNC optimis kredit bisa mencapai Rp 12 triliun di sepanjang tahun ini.

Sedangkan PT Bank Digital BCA mencatatkan rugi bersih senilai Rp 36,21 miliar hingga Juni 2022. Naik 81,87% yoy dari rugi di Juni 2021 senilai Rp 19,91 miliar. 

Merujuk laporan keuangan triwulanan, BCA digital mengalami kenaikan karena peningkatan beban tenaga kerja 106,57% yoy dari Rp 22,99 miliar menjadi Rp 47,94 miliar. Begitupun dengan beban promosi yang naik 39,39% dari Rp 18,10 miliar menjadi Rp 25,23 miliar. 

Kendati demikian, BCA Digital mampu mengerek bisnisnya di tengah tahun 2022 melalui platform bank digital blu. Platform yang baru berusia satu tahun ini telah melayani 806.000 pengguna aktif dengan nilai transaksi mencapai Rp 36 triliun. 

Direktur Utama BCA Digital Lanny Budiati menyatakan himpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai dari Rp 4,4 Triliun pada saat ini. Selain itu, BCA Digital sudah menyalurkan kredit lewat channeling, joint financing, dan penyaluran langsung ke nasabah sejumlah Rp 1,75 triliun. 

“Tidak hanya sekedar download, tapi nasabah kami terlihat makin aktif menggunakan blu untuk bermacam transaksi keuangan. Ini membuat kami berupaya terus mengembangkan blu dengan mengakomodir kebutuhan dan suara dari nasabah kami,” pungkas Lanny.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×