Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Program pemerintah berupa kredit usaha rakyat (KUR) berbunga 7% memang menjadi pesaing bagi bisnis mikro bank swasta. Sulit bagi bank swasta menandingi KUR yang menawarkan bunga sangat rendah.
PT Bank Danamon Indonesia Tbk yang sempat punya nama di pasar mikro dengan program Danamon Simpan Pinjam (DSP) pun harus menerima kenyataan itu. Nominal kredit mikro Bank Danamon tergerus 34% sepanjang tahun 2017 menjadi Rp 6,7 triliun. Penurunan kredit mikro emiten berkode saham BDMN itu bahkan lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang merosot 30%.
Satinder Pal Singh Ahluwalia, Direktur Keuangan Bank Danamon mengungkapkan, tahun ini pihaknya akan fokus pada penurunan biaya kredit (cost of credit) di segmen kredit mikro. Asal tahu saja, cost of credit DSP sampai akhir 2017, merupakan yang terendah sejak 10 tahun terakhir. Itu menunjukkan Danamon semakin efisien.
Efisiensi tersebut antara lain berkat program rasionalisasi karyawan dan jumlah cabang DSP. Satinder mengatakan, pada tahun ini, Bank Danamon akan fokus memperbaiki kualitas aset DSP.
Bisnis mikro Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) juga terimbas KUR. Arief Harris Tandjung, Direktur Keuangan BTPN menyatakan, memang ada dampak KUR bagi bisnis mikro bank. Namun, penurunan bisnis mikro BTPN di tahun 2017 juga disebabkan pelunasan kredit lebih tinggi dari permintaan kredit baru.
"Kredit mikro kena imbas KUR. Namun kredit usaha kecil menengah (UKM), di atas mikro, relatif tumbuh," kata Arief. Pada tahun ini, BTPN akan fokus ke peningkatan kualitas kredit mikro.
Haryono Tjahjarijadi, Presiden Direktur Bank Mayapada masih optimistis, pasar mikro yang digarap Bank Mayapada bisa terus berkembang. "Tahun ini kami targetkan bisnis mikro tumbuh di atas 20%," tutur Haryono.
Kuncinya, kata Haryono, ada pada ekonomi riil. Seiring gelaran pilkada dan Asian Games pada tahun ini, diperkirakan bisnis mikro kian bertumbuh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News