Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski ada pandemi Covid-19, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) berhasil mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 4,5% secara tahunan atawa year on year (YoY) per Juni 2021.
Royke Tumilaar, Direktur Utama BNI mengatakan, penyaluran kredit ini dengan didominasi oleh sektor-sektor usaha prospektif dengan risiko rendah, baik pada segmen business banking maupun consumer banking.
Perbankan pelat merah ini juga masih melihat ada ruang dalam mendorong ekspansi kredit pada semester II ini. Meski demikian, perseroan telah merevisi target kredit dalam rencana bisnis bank (RBB) yang diajukan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melihat perkembangan belakangan.
"Dalam RBB yang kami ajukan ke OJK, kami revisi target kredit dari 6%-9% menjadi 5%-7%. Tentunya ekspansi akan dilakukan secara prunden dan berkualitas," kata Royke dalam paparan kinerja BNI semester I secara virtual, Senin (16/8).
Baca Juga: Laba bersih Bank BNI (BBNI) melesat 12,8% di semester I-2021
Seperti diketahui, kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang diterapkan sejak awal Juli 2021 pemerintah guna menekan penularan Covid-19 di tengah mencuatnya varian delta yang lebih mudah menular telah menekan aktivitas ekonomi.
Pertumbuhan kredit BNI pada semester I terutama ditopang oleh segmen bisnis kecil yang mencatat pertumbuhan sebesar 20% yoy menjadi Rp 91 triliun, diikuti segmen korporasi swasta sebesar 7,9% yoy dengan Baki Debet mencapai Rp 179,1 triliun.
Sementara kredit pada segmen business banking mencapai Rp 475,6 triliun atau tumbuh 3,5% secara yoy. Adapun kredit pada segmen bisnis konsumer tumbuh 10,4% yoy menjadi Rp 92,8 triliun.
Kredit Tanpa Agunan (KTA) yang berbasis payroll mencatat pertumbuhan 19,6% secara yoy atau sebesar Rp 32,7 triliun, dan disusul oleh kredit pemilikan rumah yang tumbuh 6,3% yoy atau Rp 47,6 triliun.
Royke bilang, pertumbuhan kredit konsumer juga dapat mengindikasikan mulai bergairahnya konsumsi masyarakat yang menopang pertumbuhan PDB Nasional.
Sementara Adi Sulistyowati, Wakil Direktur Utama BNI mengatakan, kredit yang disalurkan secara selektif hanya pada debitur berkualitas tersebut ditopang oleh Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tumbuh 4,5% yoy atau sebesar Rp 646,6 triliun, dimana dana murah atau CASA yang terhimpun semakin kuat.
Rasio CASA pada Juni 2021 tercatat mencapai 69,6% atau tertinggi dalam 10 tahun terakhir ini, yaitu sebesar Rp 450,1 triliun atau tumbuh 11,5% yoy dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan DPK ini menjadi penyangga pertumbuhan aset sebesar 5,0% yoy atau mencapai Rp 875,1 triliun.
Pertumbuhan aset yang didominasi oleh dana murah ini merupakan salah satu pencapaian transformasi digital yang gencar dilakukan BNI dan telah mulai menunjukkan hasil.
Dimana 70% dari CASA yang dihimpun merupakan kontribusi dari kinerja BNI Direct dan BNI Mobile Banking, 2 dari 3 produk champion BNI dalam digitalisasi layanan perbankan.
Selanjutnya: Pemerintah alokasikan anggaran Rp 427,5 triliun untuk perlindungan sosial di 2022
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News