Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) tengah mengkaji untuk kembali memangkas suku bunga kredit jelang akhir tahun 2016.
Rico Rizal Budidarmo, Direktur Keuangan BNI mengatakan, pihaknya akan menurunkan bunga kredit jika likuiditas tidak ketat, karena bank harus membayar bunga deposito lebih mahal jika terjadi pengetatan likuiditas.
“Penurunan bunga kredit bisa berkisar 10 bps-20 bps dengan asumsi likuiditas aman,” katanya, akhir pekan.
Saat ini, rata-rata suku bunga kredit di BNI sebesar 10,8% dengan tingkat suku bunga dasar kredit (SBDK) per September 2016 untuk bunga korporasi 10,25%, bunga ritel 9,95%, bunga KPR 10,50% dan bunga non KPR 12,50%.
Lanjutnya, BNI akan memangkas suku bunga kredit untuk bunga kredit kecil dan ritel karena segmen ini untuk mendorong para pengusaha kelas bawah. Sedangkan bunga kredit untuk korporasi belum akan turun karena para korporat lebih mengandalkan pada layanan dan kedekatan dengan bank.
Bank berlogo 46 ini memperkirakan kondisi likuiditas masih tetap terjaga meskipun ada kekhawatiran akan terjadi perebutan dana akibat pemerintah menerbitkan obligasi. BNI menargetkan akan menjaga rasio pinjaman terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) berada di level 92% pada akhir tahun 2016.
Nah, rasio LDR itu dengan asumsi pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 15%-16%, dan pertumbuhan kredit berkisar 16%-17% di akhir tahun 2016. Adapun, BNI mencatat pertumbuhan DPK sebesar 15,0% dan pertumbuhan kredit sebesar 21,1% di kuartal III-2016.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News