Reporter: Titis Nurdiana, Andri Indradie | Editor: Test Test
JAKARTA. Rencana penerbitan saham baru (rights issue) Bank BNI memasuki babak baru. Bank BUMN ini akan mengerek target perolehan dana rights issue dari Rp 6 triliun - Rp 7 triliun menjadi US$ 1 miliar atau sekitar Rp 9 triliun - Rp 10 triliun.
"Target awal kami semula hanya US$ 400 juta, tetapi kondisi pasar lebih kondusif," kata Yap Tjay Soen, Direktur Keuangan BNI, Rabu (1/9). Menurutnya, BNI akan melepas 3,3 miliar saham baru atau sekitar 18% saham. BNI berharap bisa menjual saham baru tersebut dengan harga di atas Rp 3.000 per saham. Pada penutupan perdagangan saham Rabu (1/9), harga saham BNI tutup di Rp 3.425 per saham, turun 1,44% dari sehari sebelumnya.
BNI berniat melaksanakan aksi korporasi tersebut pada Desember mendatang. Pelepasan saham tersebut bakal bersamaan dengan penerbitan saham baru Bank Mandiri yang nilainya diperkirakan Rp 13 triliun - Rp 14 triliun. Jadi di akhir tahun, pasar modal bakal diguyur dengan penerbitan saham baru terbesar dari bank BUMN.
Saat ini, BNI tengah menyeleksi 11 calon penjamin emisi (underwriter). Sebagai acuan penerbitan saham baru tersebut, BNI akan menggunakan laporan keuangan per 30 September 2010.Oleh karena itu, BNI punya waktu hingga Februari 2011 untuk melaksanakan penerbitan saham baru ini. "Ini tinggal mengajukan ke parlemen, tapi saya mintanya tahun ini. Kalau bisa tahun ini, mengapa harus tahun depan," ujar Gatot Soewondo, Direktur Utama BNI kepada KONTAN.
Meski belum mendapatkan persetujuan dari DPR, proses pelepasan saham BNI jalan terus. Soalnya, BNI tidak punya rencana cadangan untuk menambah modal jika rights issue ini batal. Maklum, rasio kecukupan modal (CAR) BNI terancam turun di bawah 13%. Makanya, BNI ingin hajatan besar tersebut bisa terlaksana tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News