kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bos BRI buka-bukaan terkait status kredit Garuda (GIAA) dan Waskita (WSKT)


Rabu, 30 Juni 2021 / 19:35 WIB
Bos BRI buka-bukaan terkait status kredit Garuda (GIAA) dan Waskita (WSKT)
ILUSTRASI. Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia (BRI) Sunarso


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi yang berlarut telah menekan likuiditas korporasi seperti PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) dan PT Waskita Karya Tbk (WSKT). Akibatnya, kedua perusahaan pelat merah ini kesulitan membayar kredit dari perbankan termasuk dari PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).

Direktur Utama BRI Sunarso buka-bukaan terkait status kredit kedua BUMN itu. Sunarso menyatakan kredit ke segmen korporasi BRI semakin mengecil lantaran bank fokus menyasar segmen ke sektor UMKM yang memberi kontribusi sekitar 80% terhadap portofolio kredit BRI.

“Kondisi kualitas di korporasi, memang NPL (non performing loan)-nya paling tinggi, ini harus kita katakan. Makanya kita tidak nafsu salurkan di korporasi. Di mana saja NPL-nya? Swasta dan BUMN tinggi,” ujar Sunarso kepada Redaksi Kontan.co.idsecara virtual pada Rabu (30/6).

Baca Juga: Garuda Indonesia (GIAA) sediakan layanan vaksinasi Covid-19 di Bandara Soekarno Hatta

Ia menyatakan untuk  BUMN yang memenuhi hajat orang banyak, maka BRI tetap mempertahankan dan memberi dukungan. Namun BRI membentuk pencadangan yang lebih optimal.

Seharusnya kredit berstatus kolektibilitas 2 harusnya bentuk pencadangan 5% namun BRI bentuk pencadangan hingga 100% sehingga tidak ganggu industri bila terjadi gagal bayar.

“Seperti Garuda, itu kan belum jelas keputusannya mau diapakan. Tapi di Garuda, saya sudah melakukan pencadangan hingga 60%. Waskita sudah kita cadangkan dengan cukup. Begitupun dengan korporasi yang lain termasuk swasta sudah kita cadangkan. Karena ini lah laba turun, karena pencadangan naik, sehingga bila gagal masyarakat tidak perlu panik,” tambah Sunarso,

Terkait kredit BRI di Waskita, Sunarso melihat bahwa masalah likuiditas di perusahaan ini terjadi karena pandemi. Lanjutnya, sebenarnya Waskita menjadi kontraktor sekaligus menjadi pemilik proyek sehingga terbilang lebih aman.

Baca Juga: Soal dana talangan dari SMI untuk Garuda Indonesia (GIAA), begini perkembangannya

“Waskita itu kalau dari sisi perbankan, barang-barangnya ada, tapi bagaimana pindahkan beban ke investor. Mereka kontraktor juga sekaligus sekaligus pemilik proyek. Jadi proyeknya bisa dijual. BRI bentuk pencadangannya hingga 32%, rasanya cukup. Bila restruknya sukses atau investor beli proyeknya, maka kita tinggal cairkan pencadangannya,” jelasnya.

Ia merinci, hingga saat ini, kredit mikro itu BRI sekitar Rp 400 triliun, kredit konsumer sudah Rp 200 triliun. Kredit kecil sekitar Rp 200 triliun dan kredit menengah Rp 20 triliun.

“Sisanya korporasi kita tidak sampai Rp 200 triliun yang terbagi korporasi swasta dan BUMN," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×