Reporter: Galvan Yudistira, Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Konsolidasi bank bank bakal terjadi lagi. Kali ini, dua bank yang merupakan anak usaha Sumitomo Mitsui Banking Corporation akan menggabungkan diri. Yakni, PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) dan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia.
Sumitomo Mitsui Banking Corporation merupakan pemilik 40% saham BTPN dan 98% saham Sumitomo Mitsui. Menurut manajemen BTPN, pemegang saham telah berkirim surat pada 25 Januari lalu yang isinya mengenai rencana penggabungan BTPN dan Sumitomo Mitsui.
"BTPN akan melakukan pengkajian dan persiapan teknis terkait dengan proses merger ini," tutur Anika Faisal, Sekretaris Perusahaan Bank BTPN, Senin (29/1).
Merger dua bank ditargetkan kelar sesegara mungkin. Dari merger BTPN dengan Sumitomo Mitsui tersebut, pada tahun depan bank hasil merger bisa naik kelas dari golongan bank umum kegiatan usaha (BUKU) III menjadi BUKU IV, dengan modal inti di atas Rp 30 triliun.
Arief Harris Tandjung, Direktur Keuangan dan Dana BTPN menyebutkan, pada akhir tahun 2017, modal inti BTPN mencapai Rp 16,8 triliun. Sedangkan, modal inti Sumitomo Mitsui Indonesia tercatat Rp 8,6 triliun. "Jika merger sudah dilakukan, tahun depan modal inti gabungan dua bank ini bisa mencapai Rp 27 triliun hingga Rp 28 triliun," ujar Arief.
Apakah akan ada tambahan modal lagi dari sang induk guna mempercepat perpindahan BUKU? kata Arief, belum akan ada tambahan modal. Hal ini karena rasio kecukupan modal (CAR) BTPN mencapai 24% dan Sumitomo Mitsui sebesar 19%.
Saling mengisi
Anika menambahkan, merger BTPN dengan Sumitomo Mitsui akan mempunyai gabungan bisnis antara korporasi dan ritel. "Rencana merger ini akan saling melengkapi antara bank korporasi dan ritel," imbuh Anika.
Arief menambahkan, kelak selain korproasi dan UMKM, bank gabungan tersebut dapat masuk dalam segmen kredit seperti komersial untuk beberapa nasabah di kota besar di luar Jakarta misalnya Surabaya dan Tangerang.
Selain masuk ke komersial, gabungan dua bank nanti akan lebih intens dalam menjajaki digital banking tidak hanya segmen ritel, tapi juga nasabah komersial dan korporasi. BTPN juga kelak bisa mencicipi lebih dalam bisnis transaksi mata uang asing.
Menanggapi rencana merger tersebut, analis Semesta Indovest Sekuritas, Aditya Perdana Putra menyatakan BTPN akan semakin kuat memanfaatkan teknologi. Selain itu, penggabungan usaha akan membuat bank lebih efisien.
Aditya menyebut, sejauh ini BTPN banyak masuk di kredit konsumer dan pensiunan. Dengan merger tersebut, artinya kredit bisa lebih terkonsolidasi, terutama di kredit pensiunan akan sedikit lebih kuat meskipun akan terbantu dari segmen konsumennya.
Aditya memperkirakan, BTPN bisa membukukan pertumbuhan laba bersih di kisaran 2%-5% tahun ini. BTPN cenderung fokus untuk pengembangan startup. Ini bakal lebih banyak berperan dan tentunya akan lebih memperkuat fee based income.
Dari sisi saham, harga BTPN sudah naik cukup tinggi, tapi secara likuiditas belum cukup stabil. Untuk jangka pendek, harga BTPN masih akan bergerak pada kisaran Rp 3.000 -Rp 3.500 per saham. Pasca pengumuman rencana merger tersebut, kemarin, harga saham BTPN terbang 24,90% ke level Rp 3.260 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News