Reporter: Ferry Saputra | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kerja keras yang dipupuk sedari dini ternyata membuahkan hasil yang luar biasa. Hal itu yang dialami Direktur Utama Dana Pensiun BCA Budi Sutrisno dalam perjalanan hidupnya.
Budi menghabiskan waktu masa kecil hingga remaja di kota kelahirannya, Yogyakarta. Dia menceritakan dirinya bukan merupakan orang dari kalangan yang mampu. Sebab, sedari kecil tepatnya usia 3 tahun sudah ditinggalkan sang ayah. Alhasil, hanya sang ibu yang membesarkan keluarga sepeninggal sang ayah.
Budi mengatakan hal itu merupakan kenangan yang indah apabila diingat-ingat saat ini. Kalau dahulu, mungkin rasanya memang susah. Kenangan indah itu karena Budi dahulu bisa berkumpul satu rumah dengan keluarga besar dan berkumpul bersama.
Karena faktor ekonomi, Budi pada akhirnya harus tinggal bersama saudara saat dirinya duduk di bangku SMA. Dia saat itu dibiayai saudaranya untuk bersekolah. Saat SMA, dia mengambil jurusan IPA.
Saat tinggal bersama saudara, Budi harus mengedepankan kemandirian dan kerajinan. Dia menganggap tak bisa hanya santai-santai saja di rumah saudara. Oleh karena itu, dia inisiatif untuk menyapu halaman atau melakukan hal lain yang dirasa membantu tugas saudaranya.
Semasa remaja, Budi sama seperti anak-anak kampung pada umumnya, yakni main kelereng, sepeda, layangan, dan memiliki hobi badminton.
Baca Juga: Nasabah Perorangan Keluar dari Deposito, Bos BCA Sebut Ada Peralihan ke SBN
Budi mengungkapkan semasa kecil hanya bercita-cita ingin menjadi orang kantoran saja. Dia membayangkan hal itu dari sang ayah meski tak pernah melihatnya secara langsung. Dia bilang sang ayah merupakan seorang pedagang yang cukup sukses saat itu dan menjual banyak bahan pokok. Oleh karena itu, dia berminat menjadi orang kantoran.
Seusai lulus sekolah, Budi hanya bisa mengambil D3 karena memang adanya keterbatasan biaya. Setelah lulus D3 itu, dia mulai bekerja di kantor akuntan di Semarang karena sesuai dengan jurusan D3.
Setelah setengah tahun bekerja di kantor tersebut, kemudian Budi dipanggil BCA seusai melamar di bank tersebut. Alhasil, Budi harus merantau ke Jakarta, kemudian mengemban jabatan sebagai Accounting Staff of Finance – KPO Branch BCA Asemka, Jakarta Utara, pada 1984. Ternyata bekerja di bank sesuai dengan ekspektasi Budi, yakni orang kantoran.
Setahun kemudian, Budi akhirnya mulai mencari-cari tempat kuliah untuk mengambil gelar S1. Alhasil, Budi memutuskan untuk berkuliah di Fakultas Akuntansi STIE Indonesia, Jakarta Timur, jurusan ekonomi pada 1984. Mau tak mau, dia harus bekerja sembari kuliah pada saat itu.
Bayaran kuliah ia cicil sendiri dari hasil jerih payahnya bekerja. Meski harus menjalani kuliah dengan waktu yang lama, pada akhirnya Budi berhasil lulus pada 1989.
Budi mengungkapkan saat bekerja di BCA Asemka, dia memiliki atasan yang sangat baik bernama Wijaya dan sangat support apa yang dilakukannya. Dia bercerita Wijaya merupakan mentor yang sangat menginspirasi dirinya. Dari Wijaya, dia memiliki filosofi bekerja keras terlebih dahulu, maka akan ada kebaikan yang akan mengikuti.
Berkat ketekunannya, Budi lantas terus mendapatkan kenaikan jabatan, yakni Department Head of Accounting – KPO Branch BCA pada 1990 hingga 1995, kemudian menjadi Department Head of Finance – Region X BCA pada 1995 hingga 1999. Dia menyebut kenaikan jabatan itu tak serta merta terjadi begitu saja, semua itu karena kerja keras dan rajin belajar.
Budi kemudian menjabat sebagai Deputy Division Head of Finance Division – Head Office BCA pada 1999 hingga 2001 yang mana terletak di kantor pusat BCA. Saat berada di kantor pusat, Budi mengaku banyak tantangan yang dihadapinya, tetapi dirinya tetap menjalani tugas dengan optimal.
Kariernya terus menanjak hingga menjadi Senior Adviser of Planning & Region Advisory – Head Office BCA pada 2001 hingga 2008. Dia memiliki tugas bertanggung jawab terhadap pengembangan jaringan Kantor Cabang dan memonitor rencana kerja dan dan anggaran keuangan serta mengukur kinerja bisnis Kantor Wilayah dan Kantor Cabang BCA. Saat itu, dia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke S2 dengan status beasiswa. Akhirnya mengambil jurusan magister manajemen di PPM School of Management, Jakarta, pada 2004 hingga lulus pada 2005 dengan predikat pujian.
Kemudian kembali naik menjadi Head of Building Management Logistic Division – Head Office BCA pada 2008 hingga 2013. Selanjutnya menjadi Head of Logistic Division – Head Office BCA pada 2013 hingga 2015. Pada akhirnya Budi memutuskan pensiun pada akhir 2015.
Seusai pensiun, ternyata Budi malah ditunjuk untuk memimpin Dana Pensiun BCA pada 2016. Dia mengemban jabatan sebagai Direktur Utama sekaligus Direktur Investasi Dana Pensiun BCA sampai saat ini.
Dia menyebut saat pindah ke dana pensiun, Budi menjadi satu-satunya orang yang full time di dana pensiun BCA. Sebab, sebelumnya dapen BCA masih dirangkap oleh pejabat dari BCA. Budi ditugaskan untuk mengelola dana pensiun, yang mana menjadi tantangan baru bagi dirinya.
Baca Juga: Penyebab Aset Dana Pensiun Tetap Tumbuh di Tengah Tingginya Angka PHK
Namun, berbekal pengalaman yang dimiliki, Budi selalu optimistis dalam menjalankan setiap tugasnya. Alhasil, dapen BCA bisa meraih sejumlah prestasi sejak 2019. Salah satunya mendapat penghargaan sebagai Best Dana Pensiun pada 2020. Ke depannya, Budi berkeinginan agar dana pensiun BCA dapat terus berkembang baik secara kinerja maupun prestasi lain.
Sementara itu, Budi secara pribadi memiliki keinginan untuk saat ini posisinya bukan lagi meminta tetapi memberi kepada banyak orang baik dalam banyak hal. Intinya, dia ingin memberikan banyak kebaikan kepada banyak orang.
Sosok yang memotivasi dan Hobi
Budi menceritakan Wijaya yang merupakan atasannya menjadi salah satu sosok yang memotivasi dirinya. Wijaya merupakan orang yang selalu mengamati dirinya dan mengajarkan banyak hal. Selain itu, ada sosok ibunya yang sangat bekerja keras menghidupkan keluarga.
Ada hal yang diingat dari sang Ibu, bahwa sang ibu bercerita bahwa selalu mendoakan anak-anak dan keluarga besar di mana pun berada. Hal itu yang membuat Budi mencoba untuk mendoakan anak-anaknya saat pagi hari, sama halnya seperti sang ibu yang mendoakan Budi.
Secara hobi, Budi menyebut saat ini dia memiliki hobi menulis. Dia pun telah menulis berbagai macam tulisan yang dituangkan dalam majalan Info Dapen. Dengan menulis, dirinya bisa menuangkan berbagai macam ide dan dapat menginspirasi banyak pihak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News