Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Yudho Winarto
Mekanisme baru ini diyakini menjaga stabilitas bunga kredit dan bunga simpanan. Tapi di sisi lain, kian sulit mengharapkan bankir agresif menurunkan bunga kredit, alih-alih ke level single digit.
Sebagai gambaran, berdasarkan data BI, suku bunga kredit perbankan hanya turun 79 basis poin (bps) menjadi rata-rata 12,04% pada akhir Desember 2016. Padahal suku bunga BI sudah turun 150 bps, dan bunga deposito turun 114 bps-143 bps menjadi rata-rata 6,46% sampai 7,38%.
Jahja Setiaatmadja, Direktur Utama Bank Central Asia (BCA) menyatakan, bunga kredit tergantung biaya dana dan ketersediaan likuiditas di pasar. Jika biaya dana ringan dan likuiditas berlimpah, bunga kredit bisa ditekan.
John Simon, Direktur Treasury & Capital Market Bank CIMB Niaga, menilai, mekanisme VRT bisa menstabilkan likuiditas karena suku bunga lelang yang diajukan bank lebih kompetitif. "Likuiditas yang terjaga ini supaya suku bunga deposito dan kredit jangan sampai naik," ujar John.
Bianto Surodjo, Direktur Retail Banking Bank Permata menyatakan, penentuan bunga kredit selalu mengacu pada likuiditas, premi risiko dan permintaan kredit. "Menimbang semua faktor tersebut, suku bunga kredit masih memiliki ruang untuk turun di 2017," tandas Bianto.
Sementara, "Kami menjaga agar seiring dengan penurunan bunga kredit ini, margin bisa tetap dijaga," ujar Iman Nugroho Soeko, Direktur Keuangan dan Treasuri BTN.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News