Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Suku bunga Jakarta Interbank Offered Rate (JIBOR)terus mengalami penurunan sejak awal tahun sejalan dengan turunnya bunga acuan Bank Indonesia (BI). Ini menunjukkan bahwa kondisi likuiditas perbankan sudah semakin longgar.
Berdasarkan data BI, rata-rata suku bunga JIBOR yang digunakan sebagai benchmark bunga pasar uang antar bank per 25 Februari 2020 untuk satu minggu 4,84% atau turun 0,2% sejak awal tahun, bunga satu bulan turun 0,36% jadi 5,06%, untuk tiga bulan turun 0,37% jadi 5,13%, enam bulan turun 0,31% jadi 5,34% dan untuk 12 bulan turun 0,34% jadi 5,52%.
Baca Juga: Ingin bunga deposito di atas 6%? Lihat daftarnya di sini
Sementara suku bunga Indonesia Overnight Index Average (INDONIA) atau suku bunga pasar antar bank (PUAB) ada di level 4,56% atau turun 0,24% sejak awal tahun. Ini merupakan salah satu indikasi likuiditas perbankan.
Menurut Haru Koesmahargyo Direktur Keuangan BRI, penurunan JIBOR ini berdampak positif terhadap perbankan, khususnya pada penurunan biaya dana (cost of fund/COF) instrumen pinjaman antar bank. "Kami juga melihat tren penurunan JIBOR tersebut juga sebagai indikasi mulai membaiknya likuiditas bank," katanya pada Kontan.co.id, Selasa (25/2).
Kondisi likuiditas BRI di awal 2020 juga sedikit membaik. Loan to deposit rasio (LDR) bank ini terjaga di level 90,42% di awal tahun ini, turun dari 91,23% pada Januari 2019. Hal itu tidak terlepas dari kebijakan stimulus BI yang menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) sebesar 100 bps secara keseluruhan di tahun 2019 dan 25 bps tahun 2020
Sementara bagi nasabah, kata Haru, penurunan JIBOR akan berdampak langsung pada debitur dengan suku bunga floating yang saat ini komposisinya sekitar 14% dari total kredit BRI dan mayoritas ada di segmen korporasi.
Baca Juga: Penurunan bunga berefek positif ke reksadana pendapatan tetap & pasar uang syariah
Sejalan dengan mulai melonggarnya likuiditas tersebut, BRI akan mengkaji peluang penurunan suku bunga tahun ini. Hanya saja, Haru tidak memberi target berapa besar bunga kredit akan dipangkas.
Haryono Tjahrijadi, Presiden Direktur Bank Mayapada memandang, penurunan JIBOR merupakan transmisi dari kebijakan bank sentral di kawasan regional yang telah memangkas suku bunga.
Menyusutnya JIBOR diharapkan diteruskan pada penurunan suku bunga dana dan pada akhirnya bunga kredit juga bisa dipangkas lebih cepat. "Penurunan bunga kredit akan jadi insentif bagi dunia usaha mengingat faktor virus corona yang telah mengganggu pertumbuhan ekonomi," tambahnya.
Likuiditas Bank Mayapada saat ini semakin longgar dengan posisi LDR sekitar 88,89%. Bank ini memprediksi penurunan bunga kredit akan butuh waktu sekitar 1-3 bulan sejak penyesuaian suku bunga dana.
Baca Juga: Hasil jajak pendapat Reuters: Ekonomi Turki diperkirakan tumbuh 5% di kuartal IV
Senada, Rully Nova Perwakilan manajemen sekaligus Tim Analis Bank Woori Saudara mengatakan, penurunan JIBOR merupakan indikasi bahwa transmisi bauran kebijakan dan instrumen moneter BI dalam pendalaman pasar keuangan berjalan baik.
Selain itu, dia menilai penurunan itu juga disebabkan oleh kredit yang masih melambat. Namun menurut Rully, turunnya JIBOR tersebut belum banyak mempengaruhi bunga kredit karena ekpektasi risiko kredit ke depan masih sangat tinggi
Sementara Fauzi Ichsan, Ekonom Senior memprediksi kondisi likuiditas perbankan akan semakin longgar ke depan. Rendahnya suku bunga global dan ditambah dengan kebijakan BI memangkas suku bunga acuan pekan lalu ke level 4,75% berdampak pada suku bunga di pasar sehingga mendorong likuiditas. "Penurunan bunga acuan akan memberikan ruang bagi LPS turunkan bunga penjaminan," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News