kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bunga tinggi, biaya dana bank mendaki


Senin, 10 Februari 2014 / 08:23 WIB
Bunga tinggi, biaya dana bank mendaki
ILUSTRASI. Yuk Simak Rekomendasi 5 Makanan yang Wajib Ada Di rumah Selama Musim Hujan


Reporter: Adhitya Himawan | Editor: Dessy Rosalina

JAKARTA. Kondisi likuiditas ketat terus menghantui perbankan Tanah Air. Maklum, bagi perbankan, likuiditas ibarat jantung yang menjadi mesin penggerak kehidupan manusia.

Tak pelak, era perang bunga deposito menjadi strategi perbankan lepas dari likuiditas ketat. Perbankan kecil bahkan tak ragu untuk mematok bunga deposito jauh lebih tinggi dari bunga yang dijamin Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) atau LPS rate yang saat ini sebesar 7,5% (Harian KONTAN, 8 Februari 2014).

Dus, bunga tinggi memaksa perbankan rela menanggung kenaikan biaya dana (cost of fund). Misalnya, Bank Ina Perdana. Bank kecil ini menawarkan bunga deposito hingga 10%. Beban Bank Ina Perdana semakin berat lantaran porsi deposito sangat tinggi.

Saat ini, dari total dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp 1,3 triliun, deposito mencapai 80% atau sebesar Rp 1,04 triliun.
Sisanya, 20% merupakan atau setara Rp 260 miliar adalah tabungan dan giro (CASA). "Situasi saat ini tidak normal. Perang bunga di pasaran menambah cost of fund kami," kata Edy Kuntardjo, Direktur Utama Bank Ina Perdana saat dihubungi KONTAN, Minggu, (9/2).

Sayang, Edy enggan menyebut besaran biaya dana yang harus ditanggung. Yang pasti, laba bersih Bank Ina Perdana tergerus menjadi Rp 1,1 miliar per Juni 2013, dibandingkan tahun lalu yang sebesar Rp 8,9 miliar. Margin bunga bersih (NIM) Bank Ina Perdana di akhir tahun lalu sebesar 4,58%. Angka ini meningkat tipis dari posisi akhir tahun 2012 yang sebesar 4,20%. "Perang bunga memperberat upaya peningkatan NIM," ujar Edy.

Hendra Lie, Direktur Utama Bank Dinar, menyatakan deposito mendominasi 82% atau setara Rp 448 miliar dari total DPK Bank Dinar di akhir 2013. Sisanya, sebanyak 18% adalah CASA. Biaya dana Bank Dinar naik menjadi 8,7% dari total DPK di tahun 2013. Angka ini naik dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 5,74%.

"Ada kenaikan biaya dana sejak BI rate naik di Juni tahun lalu," ujar Hendra. Tahun ini, porsi deposito ditargetkan berkurang menjadi 80%. Sementara sisa DPK, yakni 20% merupakan dana murah..

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×