kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Cabotage melambungkan harapan industri asuransi marine hull


Kamis, 14 Juli 2011 / 07:52 WIB
ILUSTRASI. Oatmeal bisa dimanfaatkan sebagai cara memutihkan wajah. Kontan/Alri kemas


Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Djumyati P.

JAKARTA. Bicara mengenai asuransi rangka kapal (marine hull), yang terpikirkan adalah minimnya perusahaan asuransi umum lokal yang bermain di wilayah tersebut. Tak heran, karena lumayan sulit untuk bermain di wilayah ini. Beberapa pemain yang mencoba peruntungan di bidang ini adalah PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo), PT Asuransi Dayin Mitra Tbk (ASDM) dan Asuransi Jaya Proteksi (Japro).

Jasindo, perusahaan asuransi umum berskala besar di Indonesia saja hanya menargetkan kontribusi premi dari produk ini sebesar 7,39% yang setara dengan Rp 226,48 miliar. Kepala Divisi Marine & Aviation Jasindo Syahfiry Nasution mengatakan saat ini perkiraannya perseroan menguasai market share marine hull lebih dari 20%.

Syahfiry menjelaskan ada empat pertimbangan mengapa pemain di bidang ini minim sekali. Pertama adalah tingginya jumlah dan nilai klaim. Kedua diperlukan sumber daya underwriter dan adjuster khusus. Ketiga, nilai pertanggungan yang cukup besar. Terakhir adalah proses klaim yang relatif lebih panjang.

Ia mengungkapkan pasar marine hull semakin bergairah semenjak diberlakukannya kebijakan national cabotage. Kebijakan tersebut mengatur supaya muatan domestik hanya diangkut oleh kapal-kapal berbendera dan diberlakukan sejak tahun 2005.

Syahfiry juga mengungkapkan pertumbuhan premi terus meningkat sejak diberlakukan kebijakan tersebut. "Peningkatannya sejak 2005 sekitar 10%-15% tiap tahun," katanya kepada KONTAN Kamis (14/7).

Sepanjang paruh pertama 2011, perseroan memperoleh premi dari produk ini sebesar Rp 144,87 miliar. Tumbuh 57,7% dari periode yang sama di 2010. Sementara itu nilai klaim tercatat Rp 32,87 miliar. Tumbuh 102,7% dibanding tahun lalu.

Hal senada juga diungkapkan oleh Presiden Direktur ASDM Josef Gunawan Setyo. Ia mengatakan untuk ke depannya diprediksi industri asuransi marine hull akan makin bergairah. Dulu perbankan nasional enggan memberikan kredit perkapalan. Namun sejak diberlakukan national cabotage mulai ada beberapa perbankan yang memberikan kredit perkapalan, meski nilainya masih kecil. Per Desember 2010 penyaluran kredit perbankan untuk kapal sebesar Rp 22,6 triliun. Hanya sekitar 1,28% dari total kredit Bank Indonesia yang mencapai Rp 1.765 triliun.

ASDM sendiri cukup lama menggarap pasar marine hull. Tercatat sudah sepuluh tahun perseroan berkutat di bidang ini. Namun diakui Josef, pertumbuhan tiap tahunnya memang tak besar. Kontribusi premi dari rangka kapal bagi ASDM sekitar 21%.

Per Juni 2011, perseroan mencatat perolehan premi dari rangka kapal sebesar Rp 29,4 miliar atau tumbuh 12% dari periode tahun lalu. Sementara itu, nilai klaim tercatat Rp 4,41 miliar atau menurun 8,5% dari periode yang sama di tahun lalu. Josef menerangkan biaya pertanggungan di antaranya meliputi kerusakan mesin dan badan kapal.

Diakuinya, pasar untuk rangka kapal akan semakin besar untuk beberapa tahun ke depan. Meskipun nilai kredit perbankan masih tergolong mini, namun jumlah penambahan armada tiap tahunnya cukup lumayan. Tahun 2010 saja terdapat 9.309 unit kapal. Sementara di 2005 jumlahnya hanya sekitar 6.000-an unit kapal. Artinya, setiap tahun ada penambahan sekitar 600-an unit kapal di Tanah Air. Padahal jumlah kompetitor di lapangan sangat minim. Diketahui saat ini hanya ada sekitar lima sampai enam perusahaan asuransi yang serius menggarap bidang ini.

Josef juga mengamini, salah satu hal yang membuat pelaku industri enggan masuk ke pasar ini adalah tingginya masalah teknis. "Butuh keahlian tersendiri untuk masuk ke pasar ini. Karena kita juga harus memiliki pengetahuan yang memadai mengenai kapal itu sendiri," ungkapnya.

Sementara itu, Japro meski bermain di bidang ini, namun kontribusinya sangat mini. Tercatat kontribusinya hanya sekitar 0,01% dari total premi. Per Mei 2011, perseroan memperoleh premi Rp 52,3 juta atau tumbuh 4,6% dibanding tahun 2010.

Direktur Keuangan Japro Nicolaus Prawiro mengatakan kontribusi dari marine hull memang tak besar. Pasalnya, meski ke depan jumlah kapal akan meningkat, namun potensi klaimnya pun tinggi. "Tergantung pintar-pintarnya kitalah menyiasati keadaan," katanya menutup pembicaraan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×