Reporter: Shintia Rahma Islamiati | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Di tengah perlambatan pertumbuhan piutang pembiayaan industri multifinance, segmen pembiayaan modal kerja justru menunjukkan ketahanan.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, hingga Maret 2025, piutang pembiayaan secara total hanya tumbuh 4,6% secara tahunan (YoY), yang merupakan pertumbuhan terendah sejak 2022. Namun, pembiayaan modal kerja tetap tumbuh solid sebesar 11,07% YoY.
Baca Juga: Multifinance Didorong Terapkan Ketentuan POJK 42 Tahun 2024 Demi Jaga Kualitas Kredit
Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda menilai, lonjakan pembiayaan modal kerja ini didorong oleh siklus musiman menjelang Ramadan dan Idulfitri.
Pada periode tersebut, pelaku usaha mikro dan kecil cenderung meningkatkan permintaan modal untuk memenuhi lonjakan konsumsi masyarakat.
“Permintaan modal kerja biasanya digunakan untuk membeli bahan baku kue Lebaran, hingga pasokan daging. Di segmen mikro, terutama di industri makanan dan minuman, permintaan tetap ada meski tidak sekuat tahun-tahun sebelumnya,” ujar Nailul kepada Kontan.co.id, Jumat (23/5).
Ia mencatat bahwa tren serupa juga terjadi pada Ramadan 2024, di mana pembiayaan modal kerja sempat tumbuh lebih dari 10%.
Meski demikian, Nailul mengingatkan bahwa tren positif ini bersifat musiman dan sementara.
Baca Juga: Pembiayaan Kendaraan Bekas Multifinance Tumbuh Melambat Secara Bulanan
Setelah momentum Ramadan dan Lebaran berakhir, permintaan rumah tangga biasanya kembali melandai.
“Perlambatan mulai terasa sejak Mei 2025. Daya beli rumah tangga berisiko tertekan di paruh kedua tahun ini, dan hal itu akan berdampak pada laju penyaluran pembiayaan,” jelasnya.
Dalam kondisi ekonomi yang melemah, lanjut Nailul, pelaku usaha cenderung menahan ekspansi atau bahkan menghentikan operasionalnya.
Di saat bersamaan, risiko pembiayaan juga meningkat karena potensi gagal bayar yang lebih tinggi.
Baca Juga: OJK Izinkan Multifinance Salurkan Fasilitas Modal Usaha Hingga Rp 10 Miliar
Untuk menjaga kualitas portofolio, Nailul menekankan pentingnya seleksi yang ketat dalam proses penilaian kredit.
Menurutnya, hal ini penting agar pembiayaan tetap tersalurkan kepada pelaku usaha yang benar-benar memiliki prospek dan kemampuan bayar.
Selanjutnya: Genap Sewindu Sudah Generali Indonesia Melindungi Pelari di Borobudur Marathon
Menarik Dibaca: 5 Langkah Cerdas Memulai Menabung di Tahun 2025 yang Bisa Dilakukan Siapa Saja
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News